Lihat ke Halaman Asli

ono Prayetno

Mencintai semua Ciptaan Tuhan tanpa membeda bedakan

Untung Hujannya Abu Vulkanik Bukan Uang.

Diperbarui: 16 September 2017   19:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak tahun 2010 sampai sekarang berastagi dan sekitarnya tak henti-hentinya diguyur hujan abu vulkanik dari akibat letusan gunung sinabung.

Datangnya pun tanpa memberikan tanda tanda bisa siang, bisa pagi juga malam. Kalau turunnya di Musim hujan seperti sekarang abu bisa segera hilang terbawa air walaupun kadang turunnya tidak sebagai abu tapi seperti lumpur. Tentu dampak lainnya bisa terjadi di musim hujan ialah banjir lahar dingin. Di daerah terdampak yang dilewatinya.

Beda kalau hujan abunya terjadi di musim musim kemarau yang berangin maka yang terjadi adalah debu berterbangan dimana mana. Pepohonan pun daunnya berubah warna biasanya hijau berubah putih. Atap rumah apalagi, pasti banyak yang rusak terutama yang berbahan seng karena abu vulkanik ini mengandung sulfur sehingga mempercepat proses pengeroposan dan akhirnya "bocor" seperti kata sang Capres.

"Tapi untunglah hujannya debu seandainya yang diturunkan itu UANG.. Gak bisa terbayangkan bagaimana jadinya,"  sudah pasti keadaan kota Berastagi yang Adem ayem itu bisa "CHAOS"  atau "Gerupuh" dalam bahasa daerah kami yang artinya kacau balau. Karena sudah pasti semua orang akan berlarian keluar rumah untuk saling berebutan uang yang berserakan di jalan jalan

saling sikut,  saling dorong dan mungkin saja bisa saling bunuh karena semua orang sudah dibutakan mata hatinya tak kenal kawan tak kenal saudara semua sibuk mengumpulkan uang sebanyak banyaknya" belum lagi kedatangan orang luar daerah yang juga ingin mengumpul uang yang akhirnya menjerumuskan kota Berastagi menjadi "killing field" mengerikan bukan??  Oleh karena itu bersyukurlah hujan itu Abu Vulkanik bukan Uang.

Dan karena uang juga membuat kerajaan melayu pada cerita Hikayat Putri Hijau di Deli Tua yang dulu Rajanya bernama Sultan Sulaiman pada abad ke 15 lalu. Yang semula dengan gagah perkasa  mengusir bala tentara dari Aceh yang dipimpin oleh Sultan Mukhayat Syah. Dengan siasat cerdiknya Sultan Aceh dapat membalas kekalahannya yaitu dengan mengganti peluru seluruh senjata prajuritnya dengan uang ringgit yang terbuat dari emas yang akhirnya membuat pertahanan kerajaan Deli Tua mengendur dikarenakan semua prajurit sibuk berebutan emas. Sehingga dengan demikian akhirnya sang Putri Hijau yang cantik jelita itupun ditawan oleh Sultan Aceh untuk dinikahinya.

Walaupun diakhir cerita Putri Hijau dapat melarikan diri karena ditolong oleh salah seorang saudaranya dan kemudian tak jadi dinikahi oleh Raja Aceh.

Jadi apapun itu sebagai warga terdampak, harus terus selalu memelihara rasa syukur dan senantiasa berdo'a agar bencana ini segera berakhir.

Kita pun harus menyadari bahwa, hujan Abu vulkanik ini suatu hari akan membawa berkah walaupun saat ini mungkin kita terganggu dan merasa kurang nyaman beraktivitas karena kemana mana harus menggunakan masker,  lahan tanaman dan atap rumah banyak yang rusak bahkan kesehatan pun jadi terganggu.

Karena ini adalah sebuah fenomena alam yang tidak bisa kita prediksi kapan akan berakhirnya.

Salam Mejuahjuah..!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline