Lihat ke Halaman Asli

Bukan Besar Tapi Kredibel Dalam Menggerakkan Energi Baik

Diperbarui: 12 Agustus 2018   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Twitter @Gas_Negara

"Lebih baik menjadi tukang nasi, daripada menjadi pengacara," ujar Wagini, saat menjadi narasumber Seminar Hari Kartini "Wanita Tangguh, UKM Pasti Bisa!" di Jakarta pada 18 April 2018 lalu. 

Wagini yang akrab dengan panggilan Bu Kus (bersuamikan Pak Kus), memiliki latar pendidikan Sarjana Hukum (S1) dari Universitas Widyagama Malang Jawa Timur. Bersama koleganya, mereka sempat membentuk sebuah lembaga yang memberikan layanan advokasi di bidang hukum. Seiring berjalannya waktu, hati nurani mulai berkata lain.

Hingga pada akhirnya, tibalah waktu untuk dapat meninggalkan kegiatan kepengacaraannya secara elegan. Kebetulan sekali Pak Kus mendapatkan kepercayaan untuk penugasan baru dari instansinya ke Mataram di Nusa Tenggara Barat. Tak ingin sekedar berpangku tangan sebagai seorang ibu rumah tangga, tercetuslah ide memulai usaha sebagai tambahan penghasilan. 

Bu Wagini Kus (Foto: Istimewa YDBA)

"Tak ada kata telat memulai bisnis," ujar Bu Kus.

Awal mula usaha dimulai, dari sebuah kesempatan mengikuti pelatihan kewirausahaan dan membuat roti. Dengan keterbatasan peralatan, maka tanganlah yang menjadi mesin pembuat adonan. Roti yang dititipkan ke sebuah supermarket yang tak jauh dari rumah, ternyata sangat digemari dan cepat habis. 

Suatu waktu terbersit berjualan menu yang berfungsi sebagai sarapan, saat menikmati jalan pagi di sebuah taman kota. Berjualan lontong sayur, yang berbeda dari jualan pedagang makanan pada umumnya di taman tersebut. Bu Kus tak memikirkan keuntungan yang didapat. 

Kepuasan pelanggan dipelajari, dengan mencatat ranking masakan favorit pengunjung. Sehingga dapat melakukan penambahan porsi menu maupun tak menjual lagi menu yang kurang peminatnya. Terkadang ada hal yang tak diprediksi seperti keadaan cuaca. Manakala hujan deras, masakan banyak yang tak habis terbeli. Namun dengan pikiran positip, segera masakan tersebut dikirim ke panti asuhan. 

Bu Kus tak menampik semua tawaran order katering yang deras datang. Jika tak memiliki peralatan, maka akan diusahakan menyewa. Tak memiliki karyawan tetap, disiasati dengan mengikutsertakan ibu rumah tangga di sekitar rumah sebagai tukang masaknya. Standar resep khusus dibuat untuk menjaga kualitas rasa, siapapun yang memasak akan tetap terjaga rasanya.

Untuk terus memotivasi karyawan, Bu Kus tak segan turun langsung ikut memasak. Berbagai inovasi dalam mempertahankan loyalitas pelanggan, terkadang dilakukan promo diskon, promo berhadiah, pemasaran daring. Bagi calon pemesan (terutama katering paket pernikahan), seluruh anggota keluarga akan dapat melakukan test food secara gratis. 

Tentu saja bulan puasa Ramadhan, merupakan kegiatan yang paling ditunggu oleh pelanggan setia Bu Kus. Kala itu Bu Kus melakukan open-house di sebuah gedung, mengajak para pelanggan loyalnya dapat menikmati sajian kuliner gratis dan sepuasnya. Maka tak heran pelanggan katering telah meluas hingga seantero Nusa Tenggara Barat, termasuk instansi pemerintahan propinsi dan kabupaten/kota.

Sebuah proyek yang didanai oleh AS di NTB, telah mempercayakan penuh menu katering pada Bu Kus. Selama hampir dua tahun, Bu Kus dapat sukses bertahan mengolah variasi menu tanpa pernah ada komplain hingga berakhirnya proyek. Berkat salah satu rekomendasi instansi pemerintah propinsi, Bu Kus mendapatkan kehormatan penyediaan katering untuk tamu VVIP kegiatan Kepresidenan di Mataram. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline