Lihat ke Halaman Asli

Kembali Bergeloranya Stadion Utama Gelora Bung Karno

Diperbarui: 13 April 2019   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto:Prattemm

Presiden Soekarno mencanangkan proyek raksasa ketika Indonesia dinyatakan terpilih sebagai tuan rumah Asian Games (AG) IV  1962. Untuk menyambut pesta olahraga tingkat internasional terbesar setelah Olimpiade ini, bersoleklah Jakarta dengan pembenahan dan pembangunan infrastruktur.

Hotel Indonesia (HI) yang setinggi 15 lantai di Jalan MH Thamrin, dibangun untuk memenuhi kebutuhan penginapan para tamu. Dua minggu sebelum pembukaan Asian Games, hotel seluas 25.082 m2 ini resmi beroperasi pada 5 Agustus 1962.

Untuk menyambut tamu yang datang dari Bandara Internasional Kemayoran, dibangunlah Tugu Selamat Datang di lokasi seberang HI. Monumen patung ini menyiratkan sambutan terbaik bagi tamu dari sang tuan rumah.

Untuk kelancaran transportasi dan arus lalu lintas, maka dibangunlah Jembatan Semanggi sepanjang 1.509 meter dengan lebar 30 meter. Jembatan yang berlokasi di Senayan ini, berfungsi menghubungkan kawasan Sudirman ke MH Thamrin dan kawasan Gatot Subroto dari arah Kuningan ke Slipi.

Sementara untuk fasilitas arena pertandingan olahraganya, dibangunlah kompleks gelanggang olahraga bernama Gelanggang Olahraga Bung Karno.

Ada berbagai arena cabang olahraga termasuk di dalamnya Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK). Dibangun sejak 8 Februari 1960 dengan dana pinjaman lunak setara 12,5 juta dolar AS dari Uni Soviet, kapasitas stadion dapat menampung hingga 120.000 penonton.

Pada tahun 1956, Bung Karno berkunjung ke Uni Soviet dan menjejakkan kaki di Stadion Luzhniki. Saat itu Bung Karno sempat berorasi dan berkata," Saudara yang jauh di mata tapi dekat di hati".

Kemudian tercetuslah keinginan Bung Karno agar desain arsitektur Stadion Luzhniki dapat diterapkan pada pembangunan stadion utama penyelenggaraan AG 1962. Maka tak heran apabila stadion terbesar di Moskwa dan Jakarta, bagaikan saudara kembar yang jauh di mata dekat di hati.

Dalam urusan peliputan dan publikasi, maka disiapkanlah sebuah stasiun media televisi yang dibangun di daerah Senayan. Stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI) resmi mengudara pada 24 Agustus 1962, saat melakukan liputan pembukaan Asian Games di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Perangkat siaran perdana TVRI ini, masih tersimpan dengan baik di Museum Penerangan TMII Jakarta Timur. 

AG 1962 yang diikuti 12 negara tersebut, berakhir pada 4 September 1962. Jepang menjadi juara umum, yang diikuti tuan rumah Indonesia pada peringkat kedua. Raihan total medali Indonesia adalah 11 emas, 12 perak dan 28 perunggu.

Seusai perhelatan AG 1962, Stadion Utama GBK menjadi arena resmi pertandingan internasional olahraga seperti Ganefo (Games of the New Emerging Forces) 1963, SEA Games (1979, 1987, 1997, 2011), Kejuaraan Atletik Asia (1985, 1995, 2000).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline