Letusan Gunung Vesuvius pada 24 Agustus tahun 79 penanggalan Masehi, telah menghilangkan kota Pompeii dari daratan. Selama lebih dari 1.600 tahun, Pompeii terkubur dalam bawah tanah. Kota yang berada tak jauh dari Napoli Italia ini, merupakan salah satu ikon kejayaan Kekaisaraan Romawi. Ketika ditemukan kembali kota hilang ini pada tahun 1784, dapat diketahui bagaimana sejarah peradaban kota yang ternyata sangat mencengangkan pemikiran umat manusia.
Nah, Laga kesembilan dalam Liga Serie A musim ini, Inter Milan bertandang ke Stadion San Paolo untuk menantang tuan rumah Napoli pada 22 Oktober 2017 dinihari WIB tadi. Nerrazzuri yang mengoleksi 22 poin, berusaha mengkudeta Partenopei dari puncak klasemen sementara yang mengoleksi 24 poin.
Ada keuntungan kebugaran fisik bagi anak asuh Luciano Spaletti, karena Napoli baru saja hanya mengalami kekalahan tipis 1-2 dari Manchester City dalam ajang Liga Champions di Stadion Ettihad. Padahal Si Biru Manchester sedang on-fire, mampu meledakkan lawan-lawannya dengan skor yang sangat telak (bahkan tanpa balas).
Namun begitu Napoli juga semakin menakutkan meski tatkala seorang Gonzalo Higuain dibajak oleh Si Nyonya Besar Juventus. Fakta berada di puncak klasemen hingga saat ini, merupakan salah satu bukti sahih yang tak dapat ditolak. Delapan laga yang telah menghasilkan 26 gol, bukti bahwa pola permainan satu sentuhan cepat ala Maurizio Sarri sangat menggetarkan lawan bagaikan gemuruh letusan Vesuvius yang telah meluluh lantakan Pompeii.
Ada yang menarik menjelang laga #NapoliInter di akun Twitter @InterClubndo. Terpajang foto kiper Samir Handanovic yang menggambarkan sedang mengeluarkan air mata. Mungkin ini pertanda rasa khawatir sang admin akan senam jantung melihat gempuran Partenopei ke gawang Handanovic.
Memang terbukti kiper Inter asal Slovenia ini, harus jungkir balik menyelamatkan gawangnya. Tercatat ada dua kali penyelamatan gemilang dilakukannya di menit ke 20. Handanovic berhasil menghalau tendangan Jos Callejon, yang kemudian disusul tembakan Dries Mertens. Sepuluh menit kemudian giliran sundulan Lorenzo Insigne berhasil diamankan dengan baik oleh Handanovic.
Giliran Piotr Zielinski yang mengancam langsung Handanovic di menit ke 84, namun berhasil dihalaunya.
Kemudian Handanovic berhasil menghalau sapuan bola Joao Miranda dari tembakan Dries Mertens di menit ke 90+.
Hebatnya Handanovic ini, juga tak terlepas dari kejelian manajemen Inter merekrut bek semacam Milan Skriniar, Dalbert Henrique pmdan Joao Cancelo. Mereka mampu cepat beradaptasi dengan permainan Joao Miranda, Yuto Nagatomo, Danilo D'Ambrosio, dalam melapis pertahanan sehingga meringankan beban berat seorang Handanovic selama ini.
Sementara trisula Antonio Candreva, Ivan Perisic dan Mauro "MI9" Icardi, sedang tak mengalami keberuntungan dalam usaha mengkudeta Napoli dari puncak klasemen sementara. Peluang dari Candreva dan Perisic lebih banyak melenceng maupun melayang dari mistar gawang. Peluang terbaik dari "MI9" (menit ke-40) dan Borja Valero (41'), mampu dimentahkan langsung oleh Pepe Reina. Peluang tendangan dari Matias Vecino yang telah mengelabui kiper plontos asal Spanyol, mampu disapu oleh Raul Albiol di garis gawang pada menit ke 47.
Akhirnya wasit Luca Banti membunyikan pluit pertanda berakhirnya pertandingan. #NapoliInter 0-0. Inter masih harus puas diposisi kedua dengan torehan 23 poin, gagal menurunkan Napoli dari Capolista yang unggul dua poin.
Untunglah Inter tak bernasib seperti Pompeii, berkat kesigapan Samir Handanovic. Skor akhir berkacamata ini, membawa pulang harapan Spaletti akan ada saatnya penantian menduduki puncak klasemen nantinya. Penantian selama delapan tahun untuk dapat mengangkat kembali trofi Scudetto. Tak cuma sekedar empat besar saja dong...