Dalam Serat Pararaton (Kitab Jawa Pertengahan) mencatat pada tahun 1256 Saka (1336 Masehi) telah terjadi pengangkatan Gadjah Mada sebagai Mahapatih baru Kerajaan Majapahit oleh Raja Hayam Wuruk. Dalam seremonial tersebut Gadjah Mada berikrar di hadapan para petinggi Kerajaan, menyatakan tidak akan beristirahat sebelum Kerajaan Majapahit dapat menyatukan Nusantara.
Ikrar yang dikenal sebagai "Sumpah Palapa" ini, telah menginspirasi Presiden Soeharto kala itu untuk disematkan sebagai nama satelit komunikasi angkasa (GeoStationer) milik bangsa Indonesia. Tercatat dalam sejarah perjalanan 40 tahun Satelit Telkom Indonesia, Satelit Palapa A1 menjadi satelit pertama Indonesia yang diluncurkan melakukan #JelajahAngkasa pada 8 Juli 1976, dimana satelit ini dioperasikan oleh Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) untuk meningkatkan jangkauan layanan Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD).
Generasi Satelit Telkom Indonesia berikutnya pun diluncurkan, untuk menambah kapasitas maupun menggantikan peranan satelit yang telah habis masa usia produktifnya. Satelit Telkom itu adalah Satelit Palapa A2 (diluncurkan pada 11 Maret 1977), Satelit Palapa B1 (16 Juni 1983), Satelit Palapa B2P (21 Maret 1987), Satelit Palapa B2R (14 April 1990), Satelit Palapa B4 (14 Mei 1992), Satelit Telkom-1 (13 Agustus 1999), Satelit Telkom-2 (16 November 2005).
Untuk mengantisipasi kebutuhan komunikasi digital hingga daerah 3T (Terdepan, Terluar, Terpencil), maka PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk telah meluncurkan generasi terbaru satelitnya yaitu #SatelitTelkom3S pada 15 Februari 2017 pukul 04.39 WIB. Nama #SatelitTelkom3S memilki arti bahwa "3" itu merupakan satelit generasi ke-3, serta "S" itu "Solid-Speed-Smart" yang melambangkan budaya kerja.
Peluncuran #SatelitTelkom3S untuk melakukan #JelajahAngkasa, dilakukan di fasilitas Guiana Space Center~ Kourou~ Guyana Prancis (Guyana merupakan tetangga dekat negara Suriname). Dengan roket peluncur Ariane 5 ECA VA235 buatan Arianespace Europe, #SatelitTelkom3S menuju slot orbit 118° bujur timur (posisi di atas Pulau Kalimantan). Nantinya pengendalian operasional #SatelitTelkom3S dilakukan oleh tim Satelit Telkom di Cibinong Jawa Barat. Estimasi masa usia produktif #SatelitTelkom3S adalah 15 tahun terhitung sejak waktu peluncuran.
#Telkom3S yang memiliki bobot sekitar 3.500 kilogram ini dilengkapi 24 transponder C-band (untuk cakupan wilayah Indonesia, Asia Tenggara, sebagian Asia Timur), 8 sambungan transponder C-band (untuk cakupan wilayah Indonesia & Malaysia), dan 10 transponder Ku-band (hanya khusus untuk cakupan wilayah Indonesia).
Peluncuran #SatelitTelkom3S dikatakan Alex Sinaga (Direktur Utama Telkom) seperti dilansir dari @TelkomIndonesia adalah bertujuan menambah kapasitas transponder serta mengurangi ketergantungan menyewa satelit milik asing. Selain itu untuk meniadakan kesenjangan telematika diberbagai wilayah Indonesia dengan kondisi geografis unik berupa ribuan pulau yang tersebar luas. Ini tentu akan mendorong terwujudnya program Nawacita Pemerintah sebagai Poros Maritim Dunia, dengan kemandirian pertahanan & keamanan nasional.
Cakupan #SatelitTelkom3S ini tentu akan meningkatkan jangkauan layanan Telkom, khususnya wilayah pegunungan serta ribuan pulau yang sangat sulit terjangkau sistem komunikasi terrestrial & kabel optik. Sinergi antar BUMN dalam menopang infrastruktur laut seperti yang dilakukan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan PT Pelni (Persero), dilaksanakan dengan telah terpasangnya Sistem Komunikasi Kapal (Siskomkap) & Wi-Fi di beberapa kapal Pelni seperti KM Kelud, KM Sinabung, KM Tidar, KM Lambelu.
Direncanakan kedepannya akan terpasang pada sekitar 22 Kapal Pelni. Namun akses internet memiliki keterbatasan bandwidth, sehingga akses layanan video tak dapat dinikmati oleh para awak kapal dan penumpang. Diharapkan #Telkom3S ini dapat meningkatkan layanan akses internet di kapal Pelni, serta dapat memberikan biaya akses yang lebih terjangkau. Kapal Pelni yang dikenal melayani hingga rute laut daerah terluar dan terpencil, kini juga melayani destinasi wisata laut unggulan seperti Kepulauan Natuna, Karimunjawa, Derawan, Raja Ampat. Tentu sektor pariwisata bahari ini sangat membutuhkan kemudahan untuk melakukan komunikasi digital.
Sementara untuk wilayah daratan terpencil akan sangat membantu potensi pengembangan kehidupan perekonomian masyarakat adat. Dengan hadirnya #Telkom3S dapat membuka cakrawala baru komunitas adat dalam melakukan interaksi digital, sehingga berbagai macam produk unggulan budaya dapat terus berkelanjutan tanpa meninggalkan kearifan lokal.
Dalam kegiatan kerajinan seni Meet The Makers 11 beberapa waktu lalu, salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) menghadirkan berbagai kriya bernilai seni tinggi yang berasal dari 40 komunitas / masyarakat adat seperti Baduy Dalam, Kajang, Dayak Iban, Paluanda Lama Hammu. Produk kriya tersebut sangat diminati kaum menengah atas serta terserap tinggi oleh pangsa pasar internasional.