Lihat ke Halaman Asli

Dengan Standardisasi Pasar Rakyat, Sudah Seharusnya Kita Rayakan Hari Pasar Nasional

Diperbarui: 14 Februari 2017   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Pasar rakyat merupakan sebuah tempat yang mengandung pengertian akan kebudayaan setempat. Pasar rakyat juga menjadi ruang untuk melihat bagaimana ketahanan pangan rakyat dapat terbentuk. Siklus ekonomi dapat terlihat melalui aktivitas jual beli di pasar. Berbagai macam pasar memiliki keunikan tersendiri sesuai jenis tertentu produknya.

Pasar juga memperkenalkan berbagai macam kosakata kuliner. Babanci yang merupakan kuliner asal Betawi yang dipergunakan dalam acara lamaran, tidak dapat dikatakan berjenis apa. Sop & sayur bukan, kue juga bukan, maka disebut babanci. Pasar bukanlah masalah harga tetapi kebudayaan, ini terlihat pada pasar bisu di Sumatra yang menjual kerbau dengan cara saling menempelkan tangan dalam kain tertutup. Kode harga tersembunyi membuat orang lain tak mengetahui berapa harga transaksi yang terjadi.

Jika Undang-Undang (UU) Desa dimaksudkan untuk membuat desa semakin hidup, maka pasar haruslah menjadi tiang utamanya sebagai ruang publik. Pasar rakyat  mengalami kematian cepat, dimana tercatat 4.400 pasar hilang dalam 4 tahun saja. Agak ironi jika pasar menjadi tolak ukur perekonomian. Jika mal mengalami kerusakan akibat gempa dapat memberikan pengangguran beberapa bulan, maka pasar jika terkena gempa masih dapat beradaptasi & berpindah ke lahan sebelahnya.

Demikian pernyataan & ulasan Garin Nugroho ketika mengiringi teater musikal budaya dalam Festival Pasar Rakyat Danamon Peduli yang diselenggarakan bersama Grup Kompas-Gramedia di Bentara Budaya Jakarta pada 22 Desember 2016 lalu. Sementara dalam diskusi terbatas di Festival Pasar Rakyat Danamon Peduli pada sesi pertama, membahas bagaimanakah urgensi melaksanakan Hari Pasar Nasional dalam mengembangkan pasar rakyat yang bermartabat.

Pihak Bank Danamon melalui kegiatan Tanggung Jawab Sosial (CSR) yang dilakukan oleh Yayasan Danamon Peduli, memiliki perhatian besar pada perkembangan pasar yang bermartabat. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan dilakukan sinergi antara dukungan seluruh stakeholders.

Enggartiasto Lukita (Menteri Perdagangan RI) yang turut hadir dalam pembukaan festival, menegaskan bahwa pemerintah sangat peduli & hadir dalam mengendalikan harga kebutuhan pangan di pasar. Dirinya telah membuat komitmen dengan para distributor dan asosiasi perdagangan, agar tidak terjadi penimbunan komoditas pangan. Pasar itu turut mencerminkan budaya lokal. Maka dalam pelaksanaan revitalisasi pasar haruslah tetap bermuatan kearifan lokal.

Menurut Bayu Krisnamurthi (Ketua Dewan Pembina Yayasan Danamon Peduli) jikalau kita melihat sebuah alun-alun, itu  merupakan salah satu simbol pemerintahan kabupaten. Kegiatan pasar di alun-alun merupakan sumber ekonomi kehidupan masyarakat. Berdasarkan UU Perdagangan istilah pasar tradisional telah digantikan dengan pasar rakyat, serta akan dapat dibedakan kepemilikannya dengan pasar swasta. Pasar Rakyat diidentifikasikan kepemilikannya oleh masyarakat, pemerintah daerah maupun komunal. Sementara pasar swasta itu dimiliki perorangan maupun perusahaan. Pasar Rakyat harus bisa lebih modern, dalam menopang kegiatan ekonomi yang terus menerus.

Nirwono Yoga yang menjadi moderator diskusi, mengatakan masyarakat perkotaan besar saat ini telah mengalami pergeseran dalam melihat perspektif pasar tradisional dengan cara pandang berbeda. Pasar diidentikkan dengan kekumuhan yang jorok dan becek. Sementara ciri khas pasar tradisional berupa kehadiran kunang-kunang pada malam hari, mulai hilang tak terlihat dalam beberapa tahun terakhir.

Diperkirakan ada sekitar 10.000 pasar rakyat tersebar di seluruh Indonesia. Program Nawacita yang mengembangkan / revitalisasi 5.000 pasar yang direncanakan dalam lima tahun, apakah saat ini ditahun ketiga ini telah dilakukan pada 3.000 pasar. Tercatat ternyata program revitalisasi pasar sangat sulit dilaksanakan akibat pemerintah daerah tak siap sehingga mengalami gagal lelang atau penundaan proyek.

Tercacat pula ada pasar rakyat yang terbakar setiap tahunnya. Bahkan pasar rakyat yang telah direvitalisasi, baru beberapa bulan beroperasi banyak mengalami kerusakan hingga ada yang terbakar. Di sisi lain seperti terlihat bahwa banyak pasar "diibiarkan" tak terawat dengan baik. Terutama pasar yang berada di lokasi strategis tengah kota, sangat menggoda pihak swasta untuk membangun pasar dan bangunan modern. Dicontohkan Pasar di kota Palembang yang harus berubah modern 12 lantai demi pelaksanaan Asian Games 2018.

Turut hadir Rizal Effendi (Walikota Balikpapan) & Restu Pratiwi (Direktur Bank Danamon) yang menjadi narasumber dalam membagi pengalaman berinteraksi dengan pasar tradisional. Rizal Effendi mengakui sebelum menjabat walikota sering mengunjungi pasar tradisional untuk berbelanja sayur mayur, menggantikan peran istri yang memiliki aktivitas pekerjaan. Rizal Effendi ternyata sangat mendukung terselenggaranya Hari Pasar Rakyat Nasional, karena pasar merupakan nafas hidup perjuangan masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline