Bung Karno pernah berkata "Beri aku 1000 orang tua, nisaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda (yang cinta tanah air), niscaya akan kuguncangkan dunia". Bukanlah pemuda yang berukuran 10 GigaByte kapasitas perut penampung makanannya, tetapi pemuda dengan aksi nyata berkelanjutan untuk mewujudkannya.
28 Oktober 1928 dengan semangat nasionalisme, perwakilan pemuda seluruh nusantara berseru dalam satu semangat untuk bertanah air Indonesia, berbangsa Indonesia dan berbahasa Indonesia. Perjalanan 87 tahun Sumpah Pemuda penuh tantangan dan persoalan. Perlu diresapi bahwa gagasan harus diubah menjadi tindakan. Dibalik sebuah tantangan ada peluang, dibalik sebuah persoalan ada jalan keluar. Pemuda masa kini haruslah merefleksi diri untuk dapat meneruskan perjuangan yang dicita-citakan dalam Sumpah Pemuda.
Dalam acara bertajuk Refleksi Sumpah Pemuda: Lintas Generasi, Satu Janji yang diselenggarakan oleh Mezzanine Club yang berlangsung 17 Oktober 2015 lalu di Aula Kantor Microsoft Indonesia IDX-Building SCBD Jakarta Selatan, menghadirkan tokoh inspiratif Andri Rizki Putra (Pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa), Dean Jay Matthew (COO IndonesiaX.com), Rauf Prasodjo (Former Researcher World Resources Institute).
Andri Rizki Putra yang berusia 24 tahun tampil pertama untuk berbagi kisah inspiratif, langsung memukau para hadirin yang mayoritas merupakan generasi muda. Andri Rizki risau melihat index sumber daya manusia negara Indonesia menurut data UNDP 2014, yang hanya menempati posisi ke-108 dari 169 negara. Negara tetangga Singapura menempati posisi ke-9, Malaysia posisi ke-62 dan Thailand posisi ke-89.
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah di depan mata, tentu merupakan sebuah tantangan dimana angkatan kerja didominasi oleh 56% lulusan SD. Dalam setiap menit tujuh orang mengalami putus sekolah. Sementara lulusan S-1 per tahun di Indonesia mencapai 200 - 300 ribu lulusan, dimana angka ini masih dibawah 0,1 % jumlah penduduk. Di tahun 2025-2030 Indonesia akan mengalami bonus demografi kependudukan, dimana akan berlimpahnya sumber daya manusia berusia muda. Jika dikelola dengan baik maka tentunya Indonesia tidak perlu kuatir pada saat diberlakukan pasar perdagangan bebas. Indonesia akan menjadi pasar konsumen strategis dengan 40% dari jumlah penduduk kawasan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Andri Rizki sebagai seorang pemuda ingin memberikan sesuatu yang terbaik pada bangsanya. Ia ingin ada akses untuk setiap masyarakat putus sekolah untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat tertinggi, terlepas hambatan apa saja yang dimiliki. Entah itu usia, biaya dan waktu. Awalnya yang didirikan adalah masjidschooling karena tempat belajar dilakukan di teras sebuah masjid di kawasan Bintaro Jakarta Selatan. Andri Rizki menjadi pengajar dibantu oleh ibu-ibu pengajian.
Untuk pengembangan konsep pendidikan yang lebih plural, maka pada tahun 2012 didirikanlah Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) , sebuah lembaga yang memfasilitasi pendidikan non-formal/ homeschooling secara gratis dari awal hingga akhir untuk kalangan masyarakat putus sekolah yang ingin melanjutkan pendidikan tanpa batas usia. Murid-muridnya akan dibantu untuk mendapatkan ijazah paket A, B dan C. Pendidikan berbasis transformasi tidak sebatas mengejar ijazah, tetapi eksploitasi diri dari yang tidak tahu menjadi tahu serta mempromosikan nilai integritas. Tutor / relawan pengajar di YPAB adalah anak muda dengan beragam profesi seperti mahasiswa, dokter gigi, hingga pakar teknologi informasi Microsoft Indonesia.
Pada awal memulai pengajaran, tim relawan yang mencari calon murid menyatakan lebih baik ditunda hingga dua bulan karena warga Tanah Abang lebih menyukai pemberian sembako dan uang. Andri Rizki dengan optimis tetap akan melangkah, dengan akhirnya mampu menarik dua orang murid. Ketika telah berkembang hingga puluhan, akhirnya pernah bubar karena murid sibuk dengan menonton Persija.
Pada awal berdiri proses pembelajaran YPAB, dilakukan dalam kamar dan garasi, sehingga mendapatkan protes warga karena dianggap tempat sarang prostitusi. Saat ini tempat belajar di Bintaro telah menempati sebuah ruko berlantai dua di kawasan Bintaro Trade Center Tangerang Selatan. Cabang YPAB lainnya ada di Tanah Abang Jakarta dan Medan.
Kemudian Andri Rizki bercerita mengenai salah satu muridnya bernama Atun yang seorang asisten rumah tangga. Atun sampai dimusuhi oleh rekan sesama asisten rumah tangga. Mereka menganggap datang bekerja ke Jakarta kemudian kembali ke desa untuk menikah. Namun Atun dapat melihat dunia ini lebih luas dari apa yang ia bayangkan selama ini. Atun saat ini telah menempuh pendidikan tingginya.
YPAB pada tahun 2015 ini telah menjadi rumah bagi sekitar 200 masyarakat putus sekolah dengan 124 relawan pengajar (volunteers). 96% muridnya lulus Ujian Nasional dengan cara yang jujur. Ini berbeda dengan ada beberapa sekolah yang meluluskan 100% siswanya dengan penuh kecurangan.