Lihat ke Halaman Asli

Yudha Pratomo

TERVERIFIKASI

Siapa aku

Smartphone, Enkripsi dan Peluang Kejahatan

Diperbarui: 20 April 2016   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi enkripsi. Sumber: computerworld.com"][/caption]Belum lama ini dua entitas terbesar Amerika Serikat, FBI dan Apple berseteru. Hal ini dilatarbelakangi oleh kejadian serangan terorisme di San Bernardino, California pada 2 Desember 2015 lalu.

Sebuah serangan brutal menewaskan 14 warga sipil dan 22 orang lainnya luka berat. Kala itu teroris melakukan aksi penembakan masal diikuti dengan ledakan bom.

Polisi berhasil menembak mati pelaku dan barang bukti. Menariknya, salah satu barang bukti yang disita adalah satu buah perangkat smartphone merek iPhone model 5c. Ponsel pintar ini diperkirakan digunakan oleh pelaku untuk berkomunikasi dengan jaringan teroris secara luas.

Masalahnya adalah, ponsel tersebut diproteksi dengan kombinasi angka sebagai password dan enkripsi. Sehingga, pihak berwajib tidak bisa mengakses data dan informasi yang ada di dalamnya.

Sebagai informasi, enkripsi sendiri adalah proses pengamanan sebuah informasi secara khusus dengan mengubah informasi tersebut menjadi kode sandi. Hanya orang yang memiliki kunci (key) saja yang bisa menerjemahkan informasi tersebut.

Untuk mempermudah langkah investigasi, Hakim Federal kemudian secara resmi mengimbau Apple agar membantu upaya pemerintah dalam pemberantasan terorisme. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan melonggarkan atau bahkan membuka enkripsi data pada iPhone 5c milik teroris yang disita.

Tapi sayang, Apple menolak untuk bekerja sama. Dengan alasan ponsel yang diproteksi hanya bisa dibuka oleh pemiliknya, Apple menolak secara halus permintaan FBI.

FBI tidak tinggal diam. Mereka bahkan menyewa ahli-ahli sistem keamanan untuk membobol enkripsi ponsel ini. Memang, pada sistem keamanan Apple (iPhone) ketika pengguna salah memasukkan password dalam jumlah kesempatan tertentu, maka semua data yang ada di dalamnya bisa terhapus. Hal inilah yang membuat FBI sangat berhati-hati dalam membuka enkripsi ponsel pintar ini.

Sebenarnya penolakan yang dilakukan Apple ini bukan tanpa alasan. Apple tentu harus mempertahankan sistem keamanan yang mereka miliki untuk melindungi privasi dan data pengguna. Tidak melihat siapapun pengguna itu, entah ia teroris atau hanya warga biasa.Tentu saja hal ini adalah sebuah komitmen dalam sebuah perusahaan.

Isu Privasi

Pada 2014 lalu isu privasi sangat kencang dibicarakan di berbagai media. Pasalnya kala itu whistle blower, Edward Snowden mengungkapkan aksi penyadapan yang dilakukan pemerintah Amerika dan NSA terhadap pengguna smartphone di sana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline