Lihat ke Halaman Asli

Yudha Pratomo

TERVERIFIKASI

Siapa aku

Enigma Masa Depan Sepakbola Indonesia

Diperbarui: 2 April 2016   01:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Supporter timnas Indonesia. Sumber: Tribunnews.com"][/caption]Hampir satu tahun lamanya sepakbola Indonesia mati suri. Ya, 17 April 2015 lalu memang menjadi hari kelabu untuk liga Indonesia. Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi membubuhkan tandatangannya pada SK pembekuan PSSI dan seketika itu juga, aktivitas sepakbola negeri ini berhenti berdenyut.

Hampir satu tahun seolah kita tidak melihat ada perkembangan ke arah yang lebih baik. Malah cenderung terlihat semakin runyam dan entah kenapa saya sendiri pesimistis masalah sepakbola ini akan selesai dalam waktu dekat.

Setelah organisasinya dinyatakan bermasalah, belum lama ketua PSSI, La Nyalla Mattalitti ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Bahkan statusnya sekarang menjadi buron karena yang bersangkutan kabur ke Singapura. Buronan! Bayangkan bagaimana nasib organisasi yang dia pimpin jika pemegang kuasa tertingginya saja berstatus buronan. Semakin blur saja masa depan sepakbola kita.

Penghentian aktivitas (resmi) sepakbola Indonesia sejak tahun lalu memang sebenarnya merugikan banyak pihak. Pemain kehilangan mata pencahariannya, klub tentu saja kehilangan sponsor yang jadi sumber dana dan masyarakat kehilangan hiburan nomor wahid.

Kehilangan Bahasa

"Sepakbola adalah bahasa universal dan setiap negara pasti punya logat dan dialek masing-masing."

Kata-kata inilah yang pernah dilontarkan mantan atasan saya saat berdiskusi soal seluk beluk sepakbola. Ketika itu saya masih berstatus sebagai wartawan di salah satu media daring.

Memang benar, sepakbola kini sejatinya bukan sekadar permainan atau olahraga. Ia menjadi satu ciri khas tertentu dari sebuah daerah. Sepakbola menjadi sebuah representasi, bahkan jika ditelaah lebih dalam, sepakbola adalah sebuah identitas.

[caption caption="Supporter timnas Indonesia di Malaysia. Sumber: Kompas.com"]

[/caption]Lihat saja, setiap negara dan liga tentu memiliki ciri khas masing-masing dalam gaya permainan sepakbola. Misalkan Inggris dengan gaya permainan cepat dan menyerang, kemudian Italia yang mengandalkan pertahanan kokoh, atau Spanyol dengan pressure yang tinggi.

Semua punya ciri sesuai kaidah sepakbola yang mereka anut. Ketika aktivitas sepakbola satu negara dihentikan, maka ia menjadi bisu. Ia kehilangan bahasa. Dan lebih parah, eksistensinya akan sulit untuk diakui dunia internasional.

Liga Tarkam Tingkat Tinggi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline