Selamat datang di komplek perumahan saya. Kompleks perumahan terindah, teraman dan terdamai di pinggiran Jakarta. Seperti kebanyakan town house di pinggiran lainnya yang biasanya dihuni oleh keluarga muda, perumahan saya tidak berpagar sehingga setiap rumah terlihat lega. Begitu masuk, satpam akan mengucapkan salam dan membantu anda mencari lokasi yang anda tuju.
Masuk sedikit ke kompleks saya, anda akan menemukan rumah tetangga-tetangga saya yang hemmm bisakah saya bilang tajir? Setiap rumah memiliki minimal 3 mobil dan mungkin motor yang biasanya hanya digunakan oleh asisten rumah tangga mereka untuk belanja ke pasar. Tiga mobil satu rumah? Mungkin ada yang bilang itu biasa saja, atau kebanyakan atau justru punya lebih dari itu. Setiap orang di rumah memiliki satu mobil pribadinya masing-masing. Camry hitam yang mengantarkan sang ayah ke kantor, Grand Livina abu-abu yang menemani si mami pergi arisan, dan jazz merah yang dibawa si gadis ke kampus. Oh ya satu lagi Mio hitam untuk dikendarai Mbak ke warung.
Pagi hari saat saya keluar rumah untuk berangkat ke kantor, mobil-mobil itu masih terparkir rapih di depan rumah mereka. Bisakah disebut rapih? Karena sebenarnya mobil-mobil itu tidak cukup untuk diparkir di garasi rumah mereka yang biasanya di desain untuk 2 mobil saja. Karena di perumahan ini rata-rata luas rumah kurang dari 200 m2, jadi bayangkan saja kalau dibuatkan garasi untuk banyak mobil,bisa-bisa garasi akan lebih luas dibandingkan kamar tidur. Akibatnya mobil itu terparkir mulus di pinggir jalan di depan rumah mereka. Untuk mereka yang ternyata mobilnya lebih dari rata-rata, jalan depan rumah orang pun dipakai untuk menaruh mobilnya.
Kompleksku di Pagi hari
Siang hari jalanan di perumahan saya terlihat lengang karena mobil itu beserta pemiliknya meninggalkan rumah untuk melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Ada yang terparkir di basement salah satu gedung bertingkat di Sudirman, ada yang berjejer bersama mobil lainnya di sebuah kampus di Depok, tapi masih ada juga yang terdiam di dalam garasi karena saat itu bukan jatah si mobil itu untuk dikendarai.
Kompleksku di siang hari
Sore hari si mobil menjadi salah satu penghuni jalan tol dalam kota ibu kota bersama-sama mobil-mobil dari seluruh Jakarta dan sekitarnya. Dia ikut bermacet-macet ria di jalan yang seharusnya jalan bebas hambatan tapi malah lebih terhambat dibandingkan. Jakarta penuh dengan mobil. Mobil-mobil yang biasanya bukan satu-satunya yang dimiliki oleh masing-masing pemiliknya. Bisa saja saat itu si papih sedang berjalan tersendat dengan Innova nya begitu masuk tol Semanggi, Yaris putih si gadis justru baru masuk tol Kuningan, dan Vios mamih baru keluar tol taman mini.
Malam hari suasana komplek perumahan saya mulai temaram tapi semarak. Karena apa? Karena mobil-mobil itu telah berejejer lagi di garasi dan pinggir jalan kompleks. Supir-supir berkumpul di pos satpam untuk main karambol. Dan suasana di jalan tol dalam kota pun makin semarak karena mobil-mobil lain yang mengantarkan pemiliknya yang baru selesai lembur ke kompleks perumahan lain di pinggiran Jakarta.
*penyebutan merk mobil bukan bermaksud untuk iklan atau apapun, hanya untuk memberikan ilustrasi =p
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H