Lihat ke Halaman Asli

Tutup Segera dan Pindahkan TPA Cipeucang

Diperbarui: 5 November 2016   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tampak tanggul dari bebatuan dirangkai untuk menahan tumpukan sampah di dalam TPA. Foto: Kompas

Saya adalah warga Serpong. Lahir, bermain, dan bersekolah di sana. Sejak bergabung dengan Kota Tangerang Selatan di tahun 2008, Serpong semakin ramai dipadati penduduk, tetapi tidak diimbangi dengan infrastruktur kota.

Selain kemacetan, satu masalah yang sangat mengkhawatirkan adalah polusi sampah di TPA Cipeucang. Bau yang menyengat menganggu kesehatan warga lantaran tumpukan sampah yang terus menggunung. Sehingga, dampaknya akan membahayakan masyarakat di sekitar lokasi.

Lingkungan sudah tak sehat lagi, terlebih malam hari saat istirahat harus mencium bau busuk menyengat dari gunungan sampah yang semakin meninggi setiap hari. Kesehatan anak-anak yang masih di usia sekolah yang tinggal di kawasan TPA Cipeucang mulai terganggu. Dalam masa pertumbuhan, mereka dipaksa menghirup bau busuk sampah yang menyebarkan penyakit.

Kami merindukan bisa kembali menghirup udara yang bersih dan lingkungan yang sehat seperti lima tahun lalu, sebelum permukiman kami dialihfungsikan menjadi TPA. Sebagai warga yang berhak mendapat hidup sehat, kami berharap ada upaya serius untuk menuntaskan dan menangani masalah TPA Cipeucang. Tahun berganti, persoalan sampah di TPA Cipeucang makin serius. Ironisnya, Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany melalui dinas terkait terkesan tidak serius menangani masalah sampah.

Bukannya menutup, Pemkot malah berniat menambah luas lahan TPA di Cipeucang. Hal ini membuat kami takut,  kerusakan lingkungan Serpong semakin parah. Bertahun-tahun kami melihat ketidakmampuan Pemkot Tangsel menangani sampah. Munculnya wacana memindahkan TPA Cipeucang ke Sukamulya, Kabupaten Tangerang, sedikit membuat kami lega. Semoga wacana menutup TPA Cipeucang dan memindahkannya dapat terealisir. Tidak hanya wacana dan janji belaka. Amien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline