Lihat ke Halaman Asli

Yogya (Bisa) Ramah Pejalan Kaki

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Yogyakarta merupakan kota pariwisata dan budaya. Yogyakarta juga sebagai kota pelajar. Banyak tempat wisata dan institusi pendidikan di sini. Tempat wisata yang berada di perkotaan, semisal kawasan perbelanjaan Malioboro, Mall, dan hotel. Tempat wisata yang berada di pinggiran yakni wisata alam pegunungan Kaliurang dan beragam pantai selatan. Juga tempat wisata industri semisal sentra batik, perak, gerabah, tas dan sepatu kulit. Sedangkan institusi pendidikan banyak terdapat di ujung kota timur hingga barat, ujung selatan hingga utara, serta tidak sedikit yang berada di pusat kota.

Guna memfasilitasi pengunjung di berbagai kawasan wisata maupun institusi tersebut, pemerintah perlu mengupayakan infrastruktur penunjang, salah satunya jalur bagi pejalan kaki (pedestrian), baik itu di kawasan wisata maupun di lingkungan institusi.

Beberapa institusi pendidikan terlihat telah memberikan ruang bagi para pedestrian. Di pinggir-pinggir jalan dihubungkan oleh trotoar yang dilengkapi dengan tanaman peneduh agar para pedestrian tidak tersengat panas. Selain itu adapula pelindung yang memisahkan para pedestrian dengan jalan raya, misalnya pagar yang terbuat dari besi maupun tanaman dalam pot.

Guna menambah kenyamanan bagi para pedestrian, maka salah satu hal yang bisa dilakukan di lingkungan sekolah, kampus, di kantor, maupun di kota-kota yakni dapat melakukan perancangan kawasan tempat parkir terpadu di kawasannya. Masih ditemukan membaurnya pengguna jalan antara pejalan kaki dengan pengendara motor di lingkungan institusi (sekolah, kantor, dan kampus) membuat volume pejalan kaki statis. Perancangan kawasan tempat parkir terpadu diperlukan untuk meredam suara sehingga tidak mengganggu jalannya aktivitas di dalam gedung, memberikan hak bagi pengguna jalan, dan tidak menyebabkan polusi di lingkungan institusi.

Belum banyak gedung-gedung instansi maupun institusi di Kota Yogyakarta yang berperedam suara sehingga tidak jarang ketika berlangsung proses belajar mengajar, terdapat kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Hal ini akan terminimalisir apabila terdapat tempat parkir terpadu yang disediakan, sehingga kendaraan akan berkumpul menjadi satu di kawasan terluar. Selain mengefektifkan, manfaat lainnya yakni memimalisir polusi suara, polusi asap, dan membumikan budaya berjalan kaki.

Memberikan pelayanan yang optimal kepada wisatawan dan masyarakat merupakan bentuk komitmen Yogyakarta sebagai kota pariwisata dan budaya. Tidak terkecuali menyediakan pelayanan dalam hal jalur yang nyaman bagi para pedestrian. Setidaknya terdapat tiga kategori tipe perjalanan, yaitu perjalanan dari dan ke terminal, perjalanan fungsional (seperti perjalanan menuju tempat kerja, tempat belajar, berbelanja, ke rumah makan), dan perjalanan dengan tujuan rekreasi. Pemerintah perlu mengupayakan kenyamanan di ketiga tempat tersebut dengan cara memisahkan antara ruang publik dan ruang privat, memperluas area trotoar, maupun mengupayakan penataan tanaman dengan pepohonan yang asri dan rindang.

Pemisahan antara ruang publik dan ruang privat belum secara tegas dilakukan oleh pemerintah DIY. Hal ini dapat dilihat masih adanya pedagang kaki lima (PKL) di trotoar. Pedestrian akan merasa jenuh apabila melewati banyak PKL ketika berjalan ke tempat tujuan. Alhasil daripada berjalan kaki melewati banyak PKL, maka jarak dekat yang semestinya dapat ditempuh 5-30 menit dengan berjalan kaki, ditempuhlah dengan motor. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa terdapat pula pedestrian yang merasa terhibur apabila di sisinya terdapat PKL. Asalkan saja tetap rapi dan tidak kumuh.

Penertiban PKL untuk di tempatkan dalam jarak tertentu bisa menjadi salah satu solusi agar area pedestrian dapat lebih panjang dan nyaman. Tentunya dengan penyempurnaan penataan tanaman dan pengalokasian dana untuk memperlebar trotoar akan membuat para pedestrian menjadi nyaman, sehingga jangka panjangnya Yogyakarta dapat menyerupai kota modern lainnya di luar negeri. Meskipun modern, banyak pemukiman, dan pertokoan, tetapi tetap ramah terhadap pedestian. Hal ini insyAllah dapat diwujudkan. Inilah salah satu harapan kita terhadap Yogyakarta. Wallahualam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline