Lihat ke Halaman Asli

yudhi

Pendidikan itu mengobarkan api dan bukan mengisi bejana. (Socrates)

Melestarikan Alam dengan Pemisahan Sampah Organik & Non-Organik

Diperbarui: 18 Desember 2018   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lokasi pembuangan sampah, kadang-kadang kita melihat disediakan 2 buah keranjang sampah yg saling berjejer, di mana keranjang sampah yang satu bertuliskan "Sampah Organik" dan keranjang sampah yang satunya lagi bertuliskan "Sampah Non-Organik", gambarannya :

Kebanyakan daripada kita pastilah hanya tahu untuk membuang sampah pada sebuah keranjang sampah saja tetapi belum tahu untuk membedakan pembuangan sampah menjadi sampah organik dan sampah non-organik.

Sampah organik adalah sampah yg dapat terurai sendiri dan menyatu dengan lingkungan alam secara alamiah seiring dengan perjalanan waktu. Menumpuknya sampah organik di lingkungan alam tidak akan menjadi masalah karena sampah organik akan terurai sendiri dan menyatu dengan lingkungan alam secara alamiah seiring dengan perjalanan waktu. Contoh sampah organik adalah makanan, minuman, daun-daun pepohonan, kayu, limbah air.

Beralih ke sampah non-organik, sampah non-organik adalah sampah yg tidak dapat terurai sendiri dan menyatu dengan lingkungan alam secara alamiah, tetapi harus melalui campur tangan manusia untuk mendaur-ulang sampah tsb. Menumpuknya sampah non-organik di lingkungan alam akan menjadi masalah karena sampah non-organik tidak dapat terurai sendiri dan menyatu dengan lingkungan alam secara alamiah, sehingga jika tumpukan sampah non-organik diabaikan dalam jangka waktu yang lama, maka tumpukan sampah non-organik akan terus-menerus bertambah (terakumulasi) dan berpotensi mengganggu ekosistem alam yg ada. Contoh sampah non-organik adalah plastik, besi, peralatan elektronik.

Mungkin bagi kita generasi saat ini masih dapat menikmati alam ini karena ekosistem alam masih mampu bertahan terhadap tumpukan sampah non-organik, tetapi seiring dengan perjalanan waktu dan meningkatnya kuantitas tumpukan sampah non-organik di lingkungan alam, maka ekosistem alam tentu tidak akan mampu bertahan lagi terhadap banyaknya tumpukan sampah non-organik dan pada akhirnya, ekosistem alam akan menjadi rusak dan merugikan kehidupan manusia.

Sebagai contoh, pada saat ini, tumpukan sampah plastik di lingkungan alam sudah dalam level / tingkatan yang sangat memprihatinkan, di mana sampah plastik bukan hanya mencemari daratan saja, melainkan juga mencemari sampai ke dasar lautan. Seiring dengan perjalanan waktu, jika kuantitas sampah plastik di lautan terus-menerus meningkat dan mencemari lautan hingga sedemikian parah, maka banyak ikan di lautan yang akan mati karena mengkonsumsi sampah plastik sehingga hasil tangkapan ikan oleh nelayan akan menjadi sedikit dan beberapa spesies ikan tertentu bisa menjadi langka atau bahkan punah.

Sudah saatnya kita sadar akan pentingnya menjaga kelestarian alam ini supaya generasi-generasi manusia berikutnya masih dapat menikmati alam ini di masa depan. Dan salah satu cara untuk menjaga kelestarian alam ini adalah dengan memisahkan pembuangan sampah menjadi sampah organik dan sampah non-organik agar dapat membantu meringankan beban kerja dari pihak pendaur-ulang sampah dalam memisahkan mana sampah yg bisa dibuang secara langsung ke lingkungan alam (sampah organik) dan mana sampah yang tidak bisa dibuang secara langsung ke lingkungan alam, namun perlu melalui proses daur-ulang lebih lanjut (sampah non-organik).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline