Aku ingin mengabadikan kegelisahan, keresahan, ketakutan, kegembiraan, dan kebahagiaan yang kutangkap dari orang-orang di sekitarku, dalam tulisan-tulisanku. Verba volant, scripta manent. Aku ingin menyelami perasaan seorang wanita muda yang makan malam di sebuah warung kaki lima bersama suaminya selepas pulang kerja pukul 11 ketika jalanan sudah sepi. Aku ingin merasakan perasaan seorang ibu-ibu yang kutemui di bus dalam perjalanan Sragen-Semarang, yang membawakan ayam goreng kesukaan putrinya yang kuliah di Semarang. Aku ingin menyatu dalam ke dalam amarah seorang teman yang tahu pacarnya menduakannya dengan pria lain. Aku ingin mencicipi kekecewaan seorang sarjana yang selalu gagal mendapatkan pekerjaan. Aku ingin masuk dalam keresahan pedagang asongan yang menjajakan jualannya di bus-bus antarkota, yang mungkin harus membelikan buku dan seragam untuk anak-anaknya yang masih sekolah. Aku ingin merasakan beban seorang penjual bakso yang memikul pikulan bakso berjalan berkilometer-kilometer jauhnya. Aku ingin mengabadikan apa yang terlintas di pikiran dan terbersit di hati mereka dalam tulisan- tulisan yang hidup karena memiliki jiwa, bukan yang kaku dan kering. Aku ingin tulisan-tulisanku singkat, padat, sarat makna, dan mengalir alami, bukan bertele-tele dan menjemukan. Aku ingin perasaan orang-orang itu hidup dalam tulisanku, dan, dengan segenap kemampuanku, ingin kutunjukkan pada dunia, bahwa hidup itu indah dan penuh warna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H