Lihat ke Halaman Asli

Amanahkogure

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

PART I

“ Pak ….. “

Siswa laki – laki yang matanya sipit pakai kacamata serta berkulit putih persis seperti kulitnya Tionghoa dan memang Ia keturunan Tionghoa.

“Ada apa” Tanya seorang Guru

“Di kelas kami sedang rusuh” tanya Barunakepada ku dengan terburu – buru. “Ada kejadian apa di kelas kalian !” Tanya ku. Lalu “Ya udah biar Bapak masuk saja ke dalam Kelas Kalian”.

“Assalamualaikum …….”

Dengan sikap yang tidak tergesa – gesa aku memasuki kelas tersebut

“Wa’alaikum salam warrahmatullahi wabarakatuuh”

Jawab anak – anak dengan lantang serta berirama Fals.

“Bapak lihat kelas kalian ini seperti kapal mau pecah, suara nya terdengar hingga lantai bawah. Ada apa rupanya” Kataku dengan sedikit emosian.

“Pak … Pakk…. Pak…. begini pak ….. “ semua ikut menjawab dengan suara yang memekikkan telinga.

“Heeeeeeemmmmmmmmm…. Bicaranya satu – satu dulu jangan semuanya ingin ikut bicara. Mana Ketua Kelasnya” tanyaku kepada semua siswa di dalam kelas.

“Saya Pak” dengan suara yang sedikit agak meninggi dan kuat.

“Ok, kamu tolong jelaskan apa yang sedang terjadi di kelas ini” tanyaku kepada ketua kelas tersebut.

“Begini Pak … M. Iksan Hakim kehilangan dasi,lalu dia menuduh Farhan yang mengambilnya terjadilah adu mulut hingga mereka saling pukul – pukulan, sedang teman yang lain ingin memisahkan. Malah menimbulkan keributan ” penjelasan yang sedikit teburu – buru walaupun cukup jelas.

“Terima Kasih atas penjelasannya…… Jadi Bapak disini ingin menengahi, bahwa saat ini Kalian sudah memasuki jenjang SMP bukan lagi SD walaupun baru duduk di kelas 7segala sesuatu hal itu harus diselesaikan dengan sendiri apalagi ini masalah kecil. ……. Dasi pula itu …… cccccck. Coba jelaskan Iksan,dasi kamu lari kemana apa punya kaki atau ada tangan kawanmu yang iseng.” Tanyaku kepada Iksan.

“Saya gak tahu Pak… ketika sehabis Upacara Bendera dasi itu saya letak di atas meja, saat saya mau pergi ke depan menghapus papan tulis (kebetulan saya piket) lalu saya kembali duduk di bangku. Saya heran lho kemana dasi itu pasti ada yang iseng nih. Terlihat saya Farhan sedang asyik memainkan dasi seperti ketapel untuk mengganggu Maja. Langsung lha saya menuduh Farhan yang mengambil dasi tersebut karena mirip sekali dengan punya saya. Ehhhhh …. Ternyata Farhan tidak terima Pak. Malah nantangin berkelahi. Langsung Ia menonjok muka saya. Lalu terjadilah perkelahian kami yang membuat kelas ini menjadi kapal pecah yang Bapak maksud tadi.”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline