Gambar diatas menunjukkan LAUT memerlukan 300 tahun untuk mengurai sampah plastik secara alami yang di buang ke alam bebas. Dan implikasi nya sampah plastik telah mulai meracuni biota laut, ikan-ikan yang memakan biota laut tersebut akan terkontaminasi dengan plastik yang akhirnya akan kembali ke pada Manusia yang mengkonsumsi ikan tersebut.
Ya sangat tragis, sampah plastik bermula dari kebutuhan manusia sehari-hari, seperti kantong plastik, minuman gelas mineral, sendok plastik, pembungkus makanan, sedotan dan masih banyak lagi, akan di konsumsi kembali lagi oleh manusia dalam bentuk "makanan" yang telah terkontaminasi.
Kebutuhan sehari-hari ini menyebabkan jumlah sampah plastik meningkat setiap tahun nya, hal ini tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas Tempat Pembuangan Akhir serta metodhology penanganan sampah yang modern.
Di perparah dengan Indonesia sebagai negara yang mempunyai garis pantai terpanjang no. 2 dunia, sehingga limbah plastik banyak berakhir di lautan lepas. Telah di buktikan dengan dalam artikel jurnal science bertitel "plastic waste inputs from land into the ocean (2015)", Jenna R. Jambeck dan kolega menjabarkan bahwa Indonesia termasuk kontributir utama pembuang limbah plastik ke laut. Indonesia dengan penduduk yang tinggal di kawasan pesisir pantai mencapai 187.2 juta berada di tingkat kedua setelah china dengan total 1.29 juta metric ton pertahun sampah plastik yang terbuang ke laut.
Berangkat hal tersebut di atas, saya mulai melakukan Mini Environmental Management program setelah mengikuti Micro Workshop yang di adakan di Batam (baca : sebuah-langkah-menuju-kota-batam-green-city), salah satu program nya adalah pengumpulan limbah plastik melalui Plastic Bank.
Menjadi Pemulung
Ayah menjadi pemulung ya ? begitu pertanyaan anak saya, melihat saya antusias mengumpulkan bekas-bekas gelas plastik yang sering di pakai di rumah saya. Sebenarnya gelas-gelas plastik ini biasa nya di buang begitu saja setelah di pakai.
Namun sekarang di rumah saya ada 2 jenis tempat sampah yang tersedia. Satu nya untuk sampah umum dan satu nya untuk sampah plastik.
Bahkan dalam beberapa kesempatan, saat saya main futsal, bekas-bekas gelas plastik saya juga kumpulkan dan di bawa pulang. Tidak menjadi sebuah sesuatu yang tabu di karenakan saya percaya, selama sistem pemisahaan sampah belum di terapkan secara total, sampah plastik akan bermuara ke lautan lepas.
Semenjak melihat saya aktif mengumpulkan sampah plastik, anak saya juga sering mengingatkan rekan-rekan nya untuk membuang sampah plastik pada tempatnya atau mengumpulkan nya di tempat saya.