Lihat ke Halaman Asli

CaraNYA Bekerja Luar Biasa

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1348025186818690442

Alhamdulillah... syukur yang teramat kupanjatkan pada Allah semata, atas kuasaNYA juga kami mampu memberikan yang terbaik untuk ibunda tercinta...... kami (saya dan 2 adik) tiga bersaudara dari keluarga yang cukup mampu (awalnya), hingga tepat saat hari TNI 5 Oktober 1995, ayah kami dipanggil menghadap sang Khalik dan sejak itulah segalanya berubah total seolah kembali ke titik nadir (nol). Saat itu usia ibu saya 35 tahun, masih cukup muda untuk wanita, dan terpaksa menjadi janda dengan tanggungan 3 orang anak yang masih taraf sekolah (saya kelas 3 smp, kedua adik saya SD). Sejak meninggalnya ayah, dunia terasa kabur, praktis tak ada lagi tulang punggung keluarga, masa depan pun tak tergambarkan dengan jelas. Namun hal itu tak berlangsung lama karena saya memiliki ibu yang tangguh yang cepat tersadar bahwa dia telah kehilangan tulang punggungnya namun dia tak ingin kehilangan anak-anaknya...ya, dia tak ingin kehilangan segalanya, masih ada harapan yang bisa dia selamatkan dengan bimbingan Allah...yaitu melalui anak-anaknya. Sejak tahun 1995-2009 , hari-hari kami dilalui penuh perjuangan....keringat, air mata, dan darah pun selalu saja sempat mengalir di tubuh kami berempat... Untuk menyelamatkan sekolah kami, ibu berjuang menggunakan kemampuan memasaknya dengan berwirausaha catering untuk mahasiswa kos di sekitar rumah, bahkan kami anak-anaknya tak segan lagi untuk menitipkan sekedar dagangan makanan di warung makan dan sekolah kami. Allah memang Maha Adil, selalu saja ada hal yang menurut kami keberuntungan dariNYA, sekolah kami jalani dengan lancar bahkan adik-adik saya pun bisa meraih prestasi gemilang yang akhirnya menjadi kemudahan untuk melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Pada masa-masa studi lanjut di Perguruan Tinggi kondisi ibu untuk berjuang mulai melemah, akhirnya kami pun sedikit tapi pasti harus turut mengambil alih tanggungjawab finansial untuk mempertahankan kuliah. Sekali lagi berkah Allah selalu tercurah, usaha kami untuk mendapat beasiswa pun berhasil bahkan saya dan adik-adik bisa mendapat 2 beasiswa sekaligus selama kuliah. Dengan bermodal beasiswa dan usaha lain yang kami jalankan sendiri kami pundapat melewatinya dengan baik....selesai kuliah pada waktunya.... dan akhirnya...tiba masa dimana kami harus mandiri menghadapi samudra kehidupan ini dan saatnya untuk membalas semua jerih payah ibu sebagai rasa syukur kami pada Ilahi.... dengan bekal yang kami miliki kami pun berusaha menemukan "penghidupan", jalan berliku pun harus kami tempuh dengan ikhlas dan tawakal. dan lagi-lagi keajaiban Allah hadir dalam ihtiar kami, ada saja malaikat-malaikat penolong yang Allah kirimkan untuk membantu kami membuka "kunci" penghidupan...ada diantaranya seorang perwira militer di kalimantan yang bersedia menampung saya saat mulai masa perantauan hingga mandiri...Subhanallah, sungguh unik cara Allah bekerja untuk hambaNYA yang memiliki keterbatasan dan tak sempurna ini.... tahun 2010 hingga saat ini berkah Allah itu makin terasa, pahitnya kehidupan yang pernah dilewati seolah terobati dengan mulai munculnya sinar harapan baru untuk masa depan kami, tangis ibu pun berganti dengan senyum diwajahnya..semoga berkah dunia akhirat ya Rabb...dan syukur yang tak henti-hentinya kami panjatkan walaupun dengan terheran-heran adalah ibunda tercinta insyaallah menunaikan ibadah haji tahun 2012 ini...Subhanallah,,,,tak pernah terpikir oleh kami bahkan oleh ibu sendiri bisa berhaji mengingat saat ditinggal suaminya tak ada "peninggalan" apapun yang "lebih" dari sekedar tunjangan pensiun...tapi akal manusia memang tak sanggup mencerna bagaimana cara Allah bekerja..itulah KuasaNYA untuk hambaNYA yang tabah dan ikhlas menjalani kehidupan yang diberikanNYA..(semoga ibunda diberikan berkah olehNYA menjadi haji yang mabrur) keringat, darah, dan air mata yang pernah menetes pun telah mengering dan tergantikan dengan senyum dan harapan...semoga "sakit" yang pernah kami rasakan membuat kami bisa berempati terhadap saudara-saudara kami yang nasibnya kekurangan dengan memperbanyak sedekah.. terima kasih ya Rabb untuk semua berkah yang engkau limpahkan kepada kami, kuatkan keyakinan kami untuk tetap percaya pada janjiMU dan tetap bersyukur di jalanMU...amiiinnnn... ---renungan syukur di perantauan Kalimantan 2012---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline