Lihat ke Halaman Asli

Menunggu Polesan Terbaik dari Seorang Ole Gunnar Solskjaer

Diperbarui: 20 Desember 2019   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa tak kenal dengan seorang Ole Gunnar Solskjaer, ya... dia adalah bagian dari kisah kesuksesan klub sepak bola Manchester United di era 90 an ketika Manchester United mendapatkan treble winner dengan menjuarai 3 turnamen sepak bola sekaligus di musim 1998/1999. Anak didik Sir Alex Ferguson kala itu mengalahkan Arsenal untuk jadi kampiun Premier League, menundukkan Newcastle United sekaligus berhak atas Piala FA, dan secara dramatis menang atas Bayern Munich di final Liga Champions. a 1998/1999 kala itu masih menjadi musim terbaik sepanjang sejarah Manchester United Musim yang belum pernah lagi mereka ulangi, juga gagal disamai klub Liga Inggris lainnya.

Lebih dekat dengan sosok Ole Gunnar Solskjaer atau OSG dia lahir di kota Kristiansund, 26 Februari 1973 sekarang sudah berumur 46 tahun adalah mantan pemain sepak bola Norwegia, yang menghabiskan sebagian besar kariernya bermain untuk Manchester United F.C. terutama sebagai striker, tetapi juga bisa bertindak sebagai pemain sayap. Dia sekarang seorang manajer sepak bola, saat ini bertanggung jawab atas Manchester United.

Sebelum kedatangannya ke Inggris, Solskjr bermain untuk klub Norwegia Molde dan Clausenengen. Dia bergabung dengan Manchester United pada tahun 1996, dengan biaya transfer 1,5 juta. Dijuluki "Baby Face Assasin", ia bermain 366 kali untuk United, dan mencetak 126 gol selama karir prestisenya. Dia dianggap sebagai "super sub" untuk sifatnya yang datang dari bangku cadangan dan mencetak gol terlambat untuk kemudian membalikan keadaan dan membawa kemenangan bagi klub. Momen paling spektakuler solskjaer di sepak bola datang di injury time dari Final Liga Champions UEFA 1999, saat ia mencetak gol kemenangan di menit terakhir saat melawan Bayern Munich, menyelesaikan comeback luar biasa dan memenangkan The Treble untuk  Manchester United.

Solskjr memutuskan untuk pensiun pada tahun 2007 lalu, setelah mengalami cedera parah berkepanjangan dan melanjutkan kariernya di dunia sepak bola sebagai pelatih di akademi Manchester United. 

Di Musim 2019 ini Solskjaer bertanggung jawab atas prestasi Manchester United. Saat ini Manchester United berada di peringkat ke 6 usai ditahan 1-1 oleh Everton di Old Trafford pada pekan ke 17 dengan meraih 25 poin hasil dari 17 kali main 6 kali menang  7 kali seri dan  4 kali kalah.  Bila ditilik dari prestasi Manchester United era 90 an memang jauh panggang dari api, era 90 Manchester United adalah spesialisasi peringkat 2 besar dan tidak pernah lebih buruk dari itu, tapi sekarang dengan coming home nya "Baby Face" sebagai pelatih MU ada secercah harapan untuk mengulangi prestasi terbaik MU di era 90 dengan polesan tangan dingin seorang Ole Gunnar Solskjaer. 

Solskjaer dianggap memiliki revolusi taktik sangat sederhana. Solskjaer misalnya mendorong permainan Paul Pogba lebih menyerang kondisi yang tak pernah dialami Pogba saat Jose Mourinho masih melatih di Old Trafford. Bagi Solskjaer, alasannya mendorong Pogba untuk bermain lebih menyerang sangatlah sederhana.Solskjaer menyadari bahwa kekuatan dari seorang Pogba ialah passing akurat ke lini belakang lawan, kekuatan tendangannya, serta kestabilannya mematahkan serangan cepat lawan. Kekuatan inilah yang dioptimalkan olehnya hal berbeda memang dirasakan Pogba saat dilatih Mourinho. Pria Portugal itu lebih banyak memanfaatkan Pogba sebagai man marking di lini tengah.

Taktik ini nyatanya memang membawa dampak tidak hanya pada penampilan Pogba namun juga pemain Man United lainnya, Marcus Rashford. Rashford sejauh ini adalah  tandem sehati pogba dalam urusan serangan balik cepat ala Man United. Passing akurat Pogba begitu memanjakan Rashford di lini belakang lawan. Manchester United saat ini memang memiliki keseimbangan yang bagus di sejumlah pertandingan. Koordinasi antara lini belakang ke tengah serta ke depan menjadi lebih hidup.

Tiap pemain yang diturunkan oleh Solskjaer memiliki porsi dan tanggung jawab yang pas. Efeknya permainan Manchester United dianggap sangat sederhana namun meraih hasil maksimal. Kita tunggu saja gebrakan dari seorang solskjaer untuk Manchester United pada akhir musim 2019 ini akankah "The Red Devils" menjadi momok menakutkan bagi lawan2x nya di liga inggris.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline