Lihat ke Halaman Asli

Marilah Berjalan

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kujumput kata demi kata yang pernah terjatuh
Ijinkanlah kuseduh
Kita kan bersulang
Sayang

Matamu masih saja mengetuk, mengertilah kali ini usah kau masuk. Ragu yang sedang kutanak bukan untuk kita, aku saja. Untukmu kuhidangkan sesaji: hati milikku utuh yang penuh bertulis namamu. Makan dengan lahap sayang sebab perjalanan jauh menunggu ditempuh. Lekaslah bergegas, kita mesti pagi-pagi memetik mimpi sebelum tengkulak menebas habis dan hanya tersisa tonggak mati: sunyi yang dingin sekali.

Tapak demi tapak langkah kita tlah kutandai dengan potong demi potong tubuhku sendiri. Kini yang tersisa hanya tulang belulang, menjulang tinggi menjadi mercusuar yang melempar arah . Biarlah gelap kembali meratap karna kita tak lagi terlelap dalam gamang yang menelan bintang gemintang.

Marilah terus berjalan, ketidaksempurnaan keyakinan telah menjadi sebuah jalan ketetapan.

---o0o---

Atur Taklim

Wong Gemblung Samandiman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline