Lihat ke Halaman Asli

Pembelajaran Berdiferensiasi sebagai Metode untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Peserta Didik

Diperbarui: 3 November 2023   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran di Kelas. Sumber foto: PeopleImages/iStock

Carol Ann Tomlinson mencetuskan sebuah model pembelajaran yang memprioritaskan perbedaan individual peserta didik dalam kegiatan belajarnya masing-masing. Ia menuliskan idenya di dalam sebuah buku yang berjudul "How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom". Kelak, model pembelajaran ini dinamakan pembelajaran berdiferensiasi. 

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran berdiferensiasi akan mengarahkan guru-guru untuk lebih fleksibel dalam menyiapkan materi yang akan diajarkannya agar sesuai dengan kondisi belajar peserta didik di kelas. Materi dapat berubah-ubah tergantung pada tingkat kompetensi, gaya belajar, dan kecepatan belajar peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah sebuah model pembelajaran yang memandang bahwa peserta didik merupakan individu unik yang memiliki bakat, minat, dan potensi spesialnya masing-masing. Peserta didik merupakan individu-individu dinamis yang senantiasa bergerak dan berubah sesuai dengan kodrat diri dan kodrat zamannya. Oleh karena itu, guru harus mampu melihat perbedaan ini dan menyesuaikan materi pembelajaran yang cocok dengan karakter unik masing-masing peserta didik.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus memahami bahwa tidak hanya ada satu cara, metode, dan strategi yang dilakukan dalam mempelajari suatu bahan pelajaran. Guru perlu menyusun bahan pelajaran, kegiatan-kegiatan, evaluasi, dan asesmen akhir sesuai dengan kesiapan peserta didik dalam mempelajari bahan pelajaran, minat seperti apa yang disukai oleh peserta didik, dan bagaimana cara menyampaikan pelajaran yang sesuai dengan gaya belajar peserta didiknya. 

Jadi, ada 3 aspek utama dalam pembelajaran berdiferensiasi yang bisa dikembangkan oleh guru agar peserta didiknya dapat mengerti bahan pelajaran yang diajarkan, yaitu aspek konten atau materi yang akan diajarkan, aspek proses atau kegiatan-kegiatan bermakna yang akan dilakukan oleh peserta didik di kelas, dan aspek asesmen berupa penyusunan produk yang dilakukan di bagian akhir sebagai metode untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran (Kristiani, 2021).  

Salah satu aspek penting dari pembelajaran berdiferensiasi adalah pengenalan kurikulum yang fleksibel. Kurikulum yang kaku dan bersifat satu ukuran untuk semua sering kali tidak memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru memiliki keleluasaan untuk menyesuaikan materi pembelajaran, metode pengajaran, dan metode evaluasi berdasarkan tingkat kompetensi, minat, dan bakat peserta didik. Misalnya, dalam pelajaran matematika, seorang guru dapat memberikan soal-soal yang lebih menantang kepada peserta didik yang lebih mahir dalam matematika, sementara peserta didik yang memerlukan bantuan tambahan dapat diberikan latihan yang lebih sederhana.

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi bukanlah tugas yang mudah. Guru perlu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang peserta didik mereka, kemampuan untuk merancang pembelajaran yang sesuai, dan kemampuan untuk mengelola kelas dengan efektif. Diperlukan pelatihan dan dukungan yang berkelanjutan untuk guru agar dapat mengadopsi pendekatan ini dengan sukses. 

Berdasarkan paparan di atas, jelas bahwa peserta didik merupakan tujuan/muara utama dari segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru wajib memenuhi kebutuhan belajar peserta didik sesuai dengan kodratnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan teori kebutuhan dasar manusia menurut Dr. William Glasser, yang menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia mencakup kebutuhan kesenangan, cinta dan kasih sayang, kebebasan, penguasaan, dan bertahan hidup. 

Kebutuhan akan kesenangan berarti bahwa peserta didik harus merasa senang, merasa bahagia dalam proses pembelajaran yang diciptakan oleh guru, kebutuhan akan cinta dan kasih sayang berarti peserta didik harus merasa bahwa dirinya diterima secara utuh baik oleh guru maupun teman-teman sebayanya. Kebutuhan kebebasan berarti peserta didik memiliki hak otonomi untuk memilih pembelajaran yang sesuai dengan minatnya, dan mampu secara mandiri bertanggung jawab atas apapun jalan yang telah dipilihnya. Kebutuhan penguasaan berarti bahwa peserta didik membutuhkan pengakuan atas segala pencapaian yang telah mereka raih selama belajar di sekolah atau di luar sekolah. 

Paparan di atas relate sekali dengan Psikologi Pendidikan. Psikologi Pendidikan merupakan ilmu penting yang harus dimiliki oleh calon guru, guru, dan seluruh praktisi pendidikan agar mampu memahami perilaku belajar peserta didik, menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapi peserta didik, dan memastikan apakah peserta didik sedang dalam keadaan belajar yang baik atau tidak (Haryadi, 2021). Hal-hal tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis peserta didik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline