Lihat ke Halaman Asli

Doktrin Penyeimbang Skill Mahasiswa

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image : Linked

[caption id="" align="aligncenter" width="245" caption="Image : Linked"][/caption] Sekarang ini banyak sekali doktrinasi yang menyebar di kalangan mahasiswa tentang kuliah dan organisasi. Para mahasiswa ini menyerukan bahwa kuliah merupakan tuntutan utama sebagai sarana membangun hard skill. Sementara itu organisasi adalah pengimbangnya sebagai soft skill. Kedua elemen tersebut terlahir untuk saling melengkapi satu dengan yang lain.

Hard skill diharapkan mampu mengantarkan seseorang sukses dibidangnya. Di sisi lain, soft skill membantu seseorang meningkatkan kemampuan dalam bidang-bidang lain di luar akademis, semisal kemampuan berbicara didepan publik (public speaking) hingga memperluas pergaulan dan relasi. Pada akhirnya kedua elemen ini mengantarkan manusia sebagai pelaku kehidupan untuk dapat meraih kesuksesan.

Sebagian mahasiswa yakin sepenuhnya akan hal itu. Tentu hal ini tidak ada salahnya, karena suatu pendapat bisa dijustifikasi di sisi kebenaran dan kesalahannya.

Saat ini Indonesia adalah negara dengan jumlah calon pekerja jauh melampaui lapangan kerja yang tersedia. Setiap tahun, jumlah angkatan kerja selalu meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau sebesar 7,61 juta orang. Sementara jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 120,4 juta orang, bertambah sekitar 3 juta orang dibanding angkatan kerja pada Agustus 2011, yang berjumlah 117,4 juta orang.

Kita akan lebih terkejut jika melihat data dari Kementerian UKM dan Koperasi yang merilis setidaknya ada 493.000 sarjana lulusan perguran tinggi yang hanya jadi pengangguran. Lantas, apakah lulusan perguruan tinggi ini salah? Apakah mereka tidak menguasai hard skill dan soft skill?

Selama ini, Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta telah terlalu banyak menanamkan doktrin. Seolah-olah, dengan menguasai soft skill dan hard skill, maka kesuksesan sudah didepan mata. Padahal, sebagai seorang pelajar yang terpenting adalah bagaimana ia membuat inovasi-inovasi terbaru dalam kehidupan bermasyarakat.

Tujuan kita menuntut ilmu di bangku kuliah tak lain dan tak bukan adalah untuk menuntut ilmu. Pada akhirnya segala hal yang kita pelajari maupun pengalaman yang kita dapatkan bisa memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar. Semua itu tak lain adalah bentuk dari pertanggungjawaban kita, sebagai golongan yang sering dielu-elukan sebagai “agent of change”. Dan sebagaimana orang bijak sering berkata, maju ataukah mundurnya suatu bangsa tergantung dari pemudanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline