Lihat ke Halaman Asli

Membaca sebagai Diet

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hukum kebalikan selalu menyertai lelaki dan perempuan. Apabila kaum hawa merasa khawatir saat usianya semakin senja, tidak demikian halnya dengan kaum adam. Banyak ibu-ibu yang ”panik” ketika hukum alam berlaku pada usianya. Tak heran jika salon kecantikan mahal tak pernah sepi dari kunjungan ibu-ibu yang sebenarnya sudah macan (manis dan cantik) itu.

Perut bergelambir dua lipatan saja dianggap bahwa malaikat peniup sangkakala akan melaksanakan tugasnya. Berat badan baru naik dua kilogram saja rasanya tak rela suami pergi ke luar kota. Ibu-ibu yang akan dan sudah memasuki usia kepala empat bakal mudah sensitif. Apalagi menjelang umur kepala lima, tatkala potensi menjadi ginuk-ginuk tak bisa ditolak dan langsing sulit diraih.

Halo Mama….! Tolonglah pahami bahwa tidak semua suami berpikir akan berpaling hanya karena nyonya mereka bertambah sehat nan gemah ripah loh jinawi (baca: ginuk-ginuk). Setidaknya prinsip bahwa big is beautiful masih banyak dianut oleh bapak-bapak yang puritan.

Namun, memang ada satu tanya di benak saya yang semakin senja ini. Yaitu, bagaimana Reza Artamevia bisa memiliki bodi yang sama seksi dengan suaranya di usia yang semakin mature saat ini. Terus terang, jika menanyakan hal ini ke nyonya, saya takut wajan, spatula, dan tabung elpiji melayang di udara.

Halo Mama….! Tak perlu khawatir dan sensitif lagi. Apabila memang takut gemuk, kini Anda tak perlu mengeluarkan banyak uang hanya untuk diet. Tak perlu ke salon atau pusat kebugaran yang berbiaya mahal.

Diet

murah meriah itu adalah membaca buku. Menurut William Ellery Channing, kita dapat menikmati hubungan dengan pikiran superior lewat membaca buku. Hal senada dikatakan Ben Carson melalui bukunya yang berjudul Think Big. Carson menyampaikan, aktivitas membaca mampu menggerakkan dan melatih pikiran.

Lantas, apa kaitannya membaca dan diet

? Begini, seperti dijelaskan oleh Ben Carson dan Channing tersebut, pikiran seseorang yang diajak bekerja sedemikian rupa ternyata bisa menguras fisik. Rasa emosional dan sensasi yang diperoleh ketika membaca buku juga memiliki dampak pada pikiran yang berhubungan dengan fisik. Misalnya, saat membaca novel yang melankolis, pikiran seseorang bisa terpengaruh hingga larut di dalam cerita, bahkan sampai menitikkan air mata karena terbawa suasana cerita dalam.

Saya pun demikian. Dengan pengalaman menderita sakit di lutut, dokter menyarankan saya untuk tidak terlalu gemuk. Sempat menembus berat bodi 68 kilogram, kini berat badan saya stabil di angka 64–65 kilogram. Ini salah satunya terjadi karena kegiatan membaca buku. Terutama membaca buku-buku ilmu komunikasi yang tebalnya buju bunek dan bahasanya bikin stres itu.

Oke Mama….! It’s show time. Namun, tak perlu ngoyo hanya demi mengejar kata langsing. Sebab, sesungguhnya istri chubby itu bukanlah ujian kesetiaan bagi seorang suami. Terutama suami yang secara sah dan meyakinkan merupakan simpatisan Istikomah (ikatan suami takut istri kalo di rumah).

Surabaya, 28 April 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline