Lihat ke Halaman Asli

Kiai Sahal dan Literasi Pesantren

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Innalillahi wainnailaihi rajiun. Jumat dini hari kami dapat kabar dari Gus Mus (KH Mustofa Bisri) bahwa Rais Aam PBNU KH Sahal Mahfudz tutup usia sekitar pukul 01.10 WIB. Saya mengenalnya saat beliau masih menjabat ketua MUI.

Terakhir, Kiai Sahal mengasuh Ponpes Mathali’ul Falah di Kajen, Pati, Jateng. Kalau ada tokoh NU yang begitu saya kagumi, Kiai Sahal adalah salah satunya. Bukan hanya karena beliau seorang hafidz (penghafal Alquran) dan penerima banyak penghargaan di level nasional dan internasional, tapi Kiai Sahal merupakan seorang pegiat literasi terutama di lingkungan pesantren.

Sejak awal 1990-an Kiai Sahal rajin menulis di harian Suara Merdeka. Ia juga kolumnis aktif di majalah Aula. Di kalangan santri dan ulama, ia dikenal sebagai tokoh NU yang ilmu fikihnya disegani. Banyak pemikirannya yang dipengaruhi Imam Al Ghazali.

Sudah beberapa buku ditulis Kiai Sahal. Di antaranya, Pesantren Mencari Makna dan Ensiklopedi Ijma’ yang diterjemahkannya bersama Gus Mus.

Ketika silaturahim ke Ponpes Tebuireng, Jombang, saya melihat Gus Sholah (KH Sholahudin Wahid) sangat memperhatikan gizi para santri. Hal ini dipicu oleh banyaknya santri tingkat SMP yang tubuhnya kecil (terlalu pendek, tidak ideal).

Ternyata itu sudah lama dipikirkan oleh Kiai Sahal. Ia mendirikan taman gizi yang dikelola para santri. Fokus utamanya menangani balita-balita, terutama dari kalangan warga tidak mampu. Namun, tentu saja gizi santri juga mendapat perhatian. Ia akhirnya diganjar penghargaan oleh WHO.

Tulisan-tulisan Kiai Sahal di bidang fikih cukup banyak memengaruhi pemikiran santri NU dan masyarakat. Kalau NU punya sastrawan hebat dalam sosok Gus Mus, maka di bidang fikih ada Kiai Sahal. Sama dengan Gus Mus, almarhum di sela kesibukannya masih meluangkan waktu untuk menulis berbagai hal, khususnya mengenai fikih, tata bahasa Arab, dan terjemahan berbagai kitab.

Teladan literasi pesantren tersebut telah berpulang. Selamat jalan Kiai, matur nuwun inspirasinya.

Sidoarjo, 24 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline