Lihat ke Halaman Asli

Kisruh TVRI

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13891172751444749574

Ketika TVRI memutuskan membeli hak siar Liga Serie A Italia musim 2013/2014, saya sangat gembira. Selain salah satu liga elite Eropa ini bisa dinikmati gratis di Indonesia, terus terang TVRI memang salah satu stasiun TV favorit saya.

Bukan tanpa alasan jika saya menggemari TVRI. Karena tidak berlangganan siaran TV berbayar dan banyak stasiun TV swasta yang menayangkan acara sampah demi rating, salah satu pelarian saya ya TVRI.

Acara di TVRI yang menarik minat saya di antaranya adalah Berpacu Dalam Melodi yang dibawakan Koes Hendratmo, acara musik pop nostalgia yang dipandu Sys N.S., Kameraria, dan warta beritanya yang penyiarnya masih awet. Awet tua.

Saat saya masih remaja dulu, salah seorang penyiar TVRI yang sangat saya hafal adalah Max Sopacua. Ia sering membawakan berita-berita olahraga. Kini ia duduk sebagai anggota Komisi I DPR.

Saat ini pula Max dibikin pusing karena almamaternya terancam kolaps. TVRI memang tengah dilanda kisruh. Problem tersebut bermula dari dipecatnya empat direksi TVRI oleh Dewan Pengawas (Denwas) LPP TVRI pada 18 November 2013.

Keempatnya lantas wadul ke Komisi I DPR. Para wakil rakyat di komisi I tidak sepakat dengan keputusan denwas itu. Walhasil, sanksi dijatuhkan. Pada 30 Desember 2013, anggaran TVRI sebesar Rp 627 miliar diblokir DPR. Kegiatan operasional TVRI pun terancam tersendat.

Polemik masih berlanjut. Anggaran TVRI Rp 1,3 triliun untuk tahun 2014 diberi tanda bintang oleh DPR. Artinya, stasiun TV pelat merah ini terancam tutup jika dana operasional benar-benar tidak dikucurkan. Padahal, TVRI sudah bersiap membangun pemancar baru dan menyiarkan Pemilu 2014. Kekhawatiran pun dirasakan oleh TVRI di daerah.

Pemecatan direksi tadi dipicu oleh kecaman masyarakat atas siaran konvensi capres partai berkuasa di republik ini beberapa bulan lalu. Hal ini dianggap menyalahi fungsi TVRI yang independen.

Saya sendiri berharap agar kisruh ini segera selesai. Selain tak rela jika siaran Dari Desa ke Desa yang legendaris itu hilang, hanya di TVRI saya bisa belajar bahasa isyarat. Sebab, cuma TVRI yang memiliki presenter bahasa isyarat ketika siaran Warta Berita.

Sidoarjo, 8 Januari 2013




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline