Lihat ke Halaman Asli

Merdeka dengan Membaca

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa manusia paling merdeka di dunia ini? Jawabannya bisa bermacam-macam berdasar subjektivitas masing-masing individu.

Pada dasarnya, suatu aktivitas yang memberikan kenyamanan, ketenangan, dan inspirasi bisa membuat seseorang merasa merdeka. Di tengah deraan masalah sosial saat ini, mendebatkan topik politik jelas bukan pilihan yang pas. Sebab, hanya karena berbeda pandangan politik, dua tukang becak berkelahi.

Mengkritik kebijakan Kemendikbud terkait kurikulum 2013 yang masih semrawut juga bisa dikatakan buang energi. Toh, kurikulum baru dengan anggaran miliaran ini tetap diimplementasikan kendati banyak masalah pendidikan yang perlu perhatian lebih besar.

Bekerja dan berkegiatan yang tidak membuat hati kita damai tentu menyisakan persoalan tersendiri. Kalau itu terus berlangsung selama bertahun-tahun, seseorang bisa ”terpenjara” waktu sehingga menumpulkan kreativitasnya.

Bekerja di zona nyaman juga tidak lantas membuat kita menjadi manusia merdeka. Sebab, kenyamanan tanpa tantangan sulit membentuk karakter pejuang.

Maka, jika saya ditanya siapa insan yang paling merdeka? Jawabannya bisa dua. Pertama, orang yang berhasil buang hajat setelah lima hari kena sembeli. Kedua, mereka yang menikmati aktivitas membaca senikmat-nikmatnya sehingga memperoleh inspirasi yang mampu membuat dirinya melakukan sesuatu dan berubah lebih baik.

Karena itulah, mumpung Warung Ny Paidi masih berdiri tegak di kampus Unesa Ketintang, saya tidak akan melewatkan ngopi di sana sambil menuntaskan minimal lima lembar halaman buku.

Bacaannya kudu seperti apa? Ya, yang bikin kita nyaman. Kalau membaca buku seri petualangan Nick Carter seperti Dobel Identitas dan Kunci Rahasia yang berkover perempuan bule bisa bikin nyaman dan merdeka, mengapa tidak? Saran saya, jangan terlalu asyik membacanya saat ada nyonya di rumah atau kemerdekaan itu berubah menjadi prahara.

25 Agustus 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline