Lihat ke Halaman Asli

Prasetya Ramadhan

Penulis/ASN Badan POM RI

Vini Jr, Calon Flop dan Lord yang Menjelma Menjadi Lord Sungguhan

Diperbarui: 22 September 2022   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vinicius jr seakan bertransformasi total musim lalu dari musim-musim sebelumnya yang mengecewakan. foto : inews.id

Pep Guardiola, pelatih kawakan yang membesarkan nama Leo Messi terlihat memegangi kepalanya dengan wajah tegang kala gelandang andalannya, Fernandinho hanya bisa bengong ketika bola melewati kolongnya akibat fake motion dari Vini Jr yang langsung melesat mengejar bola dan menggiring hingga menembaknya menembus jala Ederson. Ia tak percaya beknya hanya diam membiarkan sang 'starboy' Real Madrid itu bebas menggiring hampir setengah lapangan.

And the rest is legendary thing....

Mencetak satu-satunya gol di final sekaligus memenangkan gelar UCL ke-14 Real Madrid membuat Vini Jr seakan bangkit dari keterpurukannya. Sempat dicap sebagai flop alias pemain gagal yang didatangkan Madrid, Ia bangkit terlambat di musim ketiganya berseragam Los Blancos. Julukan 'Lord' hingga dicap penghancur permainan oleh Benzema kala itu tak mematahkan semangatnya untuk menjadi bocah ajaib seperti yang digadang-gadang ketika Ia awal datang.

Perlahan di musim terindahnya di Madrid, Vini Jr mampu menemukan kembali skillnya yang sempat tenggelam diera Zidane, finishing. Tangan dingin Ancelotti mampu mengubahnya tak hanya menjadi tukang gocek kelas wahid, namun juga predator kotak penalti yang bisa diandalkan. Publik samba pun tersenyum, akhirnya ada generasi yang mampu meneruskan era keemasan samba setelah Neymar. 

Pace dan agility adalah dua senjata utama yang awalnya dimiliki Vini sebelum akhirnya disempurnakan oleh Ancelotti dengan mengasah finishingnya. Lalu mengapa senjata ini tak bisa ditemukan di masa Zidane? andaikan saat itu Zidane mampu memaksimalkan finishing Vini, bisa jadi Ia akan terhindar dari petaka musim terakhirnya bersama Madrid yang trophyless.

Kuncinya adalah kejelian dan jiwa kebapakan dari Don Carlo yang dengan sabar mengasah finishing dan visi bermain yang lebih ciamik. Bila sebelumnya Vini selalu bermain menyisir dan fokus crossing insyallah bareng Zizou, maka Don Carlo mengubah visi bermainnya secara drastis. Ia diminta untuk bermain cepat dan tidak terlalu memaksakan dribbling ketika dihadang banyak pemain. Imbasnya, Vini jadi lebih eksplosif dan berbahaya di dekat kotak penalti. Bila tidak one touch dribbling lalu shot, ia selalu menjadi pelayan terbaik Benz hingga akhirnya keluar meme "Vini oper ana!" karena karena Vini jua lah perhatian defender lawan teralihkan dan lupa mengawasi baginda Karim yang sudah berdiri bebas didalam kotak penalti.

Bisa dibilang tanpa Benzema Madrid masih bertaji karena ada kreativitas Vini yang mampu mengangkat tim, tapi Madrid tanpa Vini akan timpang karena selama ini sisi kanan Madrid belum bisa mengimbangi pergerakan eksplosif Vini di kiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline