Lihat ke Halaman Asli

Coaching

Diperbarui: 15 Desember 2022   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Coaching bertujuan untuk menuntun coachee menemukan ide baru atau cara mengatasi permasalahan yang dihadapi sehingga mampu mencapai tujuan. Coach hanya menghantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan, coachee lah yang membuat keputusan sendiri. Hal tersebut sebagaimana pendapat Ki Hajar Dewantara pada modul 1 yaitu Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu "menuntun" tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Peran saya sebagai coach di sekolah adalah menuntut coachee baik coachee tersebut murid ataupun sesama rekan guru. Saya berusaha menempatkan diri sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar coachee menemukan kekuatan dirinya.

Coaching melalui supervisi akademik memberikan manfaat sebagai kegiatan pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran. Coaching dibutuhkan sebagai peningkatan kesadaran diri, motivasi, dan juga komitmen dari seorang guru sehingga kualitas pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru tersebut akan menjadi lebih baik dan berpihak kepada murid (mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi).

Kompetensi coaching terdiri dari kehadiran penuh, menjadi pendengar aktif, dan memberikan pertanyaan berbobot. Pada kompetensi kehadiran penuh tentu berhubungan dengan pembelajaran sosial tentang bagaimana kita mampu ada untuk mendengarkan coachee. Sedangkan, untuk mampu menjadi pendengar yang baik kita perlu mengelola emosi. 

Nyatanya, melakukan coaching telah melatih kita pada pembelajaran sosial dan emosi.  Keterampilan coaching ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran sosial dan emosi yaitu membantu murid menyelesaikan masalah mereka yang berhubungan dengan sosial maupun emosi pada diri murid. Guru dapat melakukan komunikasi menggunakan alur TIRTA (tujuan, identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab)  dalam menuntun murid ataupun rekan guru untuk meningkatkan kompetensi sosial dan emosi.

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran perlu menguasai keterampilan coaching. Dengan kata lain, keterampilan coaching mampu mengembangkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran. Guru mampu meng-among atau menuntut murid menuju kodrat terbaiknya dalam meraih kebahagiaan baik sebagai pribadi (kompetensi emosi) maupun sebagai anggota masyarakat (kompetensi sosial).  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline