Lihat ke Halaman Asli

Jalan Menuju Kreatif (part 2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1292353252349870857

Kata teori anak pada usia 3,5 sampai 5,5 tahun sedang mengalami perkembangan kemampuan berpikir yang sangat cepat. Ia membutuhkan informasi sebanyak mungkin untuk perkembangan kemampuan berpikirnya. Merangsang anak berpikir konseptual akan sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian anak.

Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir konseptual lebih mudah mengenali dan mengelompokkan informasi, sehingga lebih sederhana dipahami. Selain itu sudah tentu anak akan tumbuh menjadi pemikir yang inovatif. Hal itu benar atau tidak saya pun belum tahu. Namun ada beberapa yang saya ingin utarakan tentang cara membuat anak berpikir kreatif.

Yang pertama cara melatih anak berpikir konseptual.

Definisi Teoritikal

Orangtua dapat menanyakan kepada anak apakah arti dari sesuatu yang sering ditemui oleh anak, contohnya “panas dan dingin”. Apakah yang dimaksud dengan dingin? Atau, apakah yang dimaksud dengan panas?

Menanyakan makna kata akan merangsang anak untuk menemukan prinsip-prinsip dasar. la belajar menemukan hal yang berbeda dari setiap kata yang sering dipakai. Ini salah satu cara yang agak sulit. Kesulitannyaada pada bagaimana cara kita memberikan pertanyaan agar mudah dimengerti oleh anak.

Definisi Fungsional

Orang tuajuga dapat melatih dengan cara menunjukkan manfaat benda yang ada di sekitar. Cara inidapat memberikan dorongan berpikir, perasaan dan kasih sayang. Definisi manfaat memiliki kekuatan lebih tinggi dibanding definisi karena dapat membuka pintu kesadaran melalui pengertian manfaat dan efektif. Orang tua dapat memberikan sentuhan kesadaran lingkungan, kesadaran kesetiakawanan sosial, bahkan kesadaran spiritual.

Dengan cara ini orang tua dapat menanamkan kesadaran lingkungan, sosial dan bahkan kesadaran spiritual dengan menunjukkan bahwa seisi alam semesta merupakan bukti keagungan Tuhan.

Definisi Operasional

Definisi operasionalatau definisi penerapan lebih mudah dimengerti oleh anak. Contohnya anak lebih mudah berpikir tentang apa yang bisa dilakukan ketika sakit daripada arti dari sakit itu sendiri. Dengan memahami definisi penerapan, anak akan terdorong untuk berpikir kreatif. Ia akan terangsang untuk melakukan hal-hal baru.

Pada dasarnya tidak ada metode yang sempurna. Yang ada hanyalah metode yang cukup efektif dan membantu anakuntuk dapat membuat suatu penemuan (metode penemuan). Metode ini siswa dilatih terbiasa untuk mengamati, menyusun hipotesis, menguji hipotesis, memecahkan persoalan, menggambarkan kejadian, berdialog, melakukan refleksi, mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses menyusun pengetahuan baru bagi dirinya sendiri.

Pendidik hanya perlu menyediakan lingkungan yang mendukung untuk mengaktifkan potensi diri siswa sendiri. Pendidik diharapkan memberikan kesempatan pada anak untuk menjadi kreatif. Biarkan anak bebas belajar dengan gayanya sendiri. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya.

Ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.

Pertama aspek kognitif,ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif yaitu: keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes/fleksibel, keterampilan berpikir orisinal, keterampilan memperinci (elaborasi), dan keterampilan menilai (evaluasi). Kedua aspek afektif, ciri-ciri kreativitas yang lebih berkaitan dengan sikap dan perasaan seseorang yaitu: rasa ingin tahu, bersifat imajinatif/fantasi, merasa tertantang oleh kemajemukan, sifat berani mengambil resiko, sifat menghargai, percaya diri, keterbukaan terhadap pengalaman baru, dan menonjol dalam salah satu bidang seni (Williams & Munandar, 1999).

Pada dasarnya semua anak itu cerdas. Tetapi tak mungkin akan berkembang jika tak diasah, disini peran orang tuadiperlukan untuk mengasah bakat dan kreativitas anak.

Proses pembelajaran kreatif dengan memberikan rangsang pada anak sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya akan sangat menentukan masa depan anak. Selain itu, proses belajar kreatif yang sangat tepat adalah model pembelajaran berbasis masalah. Sekarang sudah tidak jamannya model pembelajaran satu arah, maksudnya guru menerangkan dan siswa mendengarkan. Model seperti itu hanya membuat anak terbelenggu. Tidak ada yang membuat tertarik. Apalagi materi yang diajarkan sama persis dengan buku-buku yang mereka terima. Menurut saya pembelajaran yang bagus adalah yang agak berbeda dengan buku, pertama penerapan lalu penerapan. Apalagi dalam pembalajaran tersebut ada hal yang membuat anak tertarik dan menantang untuk dicoba.

Masalah yang disajikan pada anak merupakan masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual). Pembelajaran ini dirancang dengan tujuan untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Pada pembelajaran ini anak dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya anak dituntut pula untuk belajar secara kreatif. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek- aspek yang ada di lingkungannya.Contoh yang sederhana, apakah gunalemari? Jawaban pastinya adalah untuk menyimpan barang. Dalam model pembelajaran ini, anak diharapkan memberi pilihan lain tentang manfaat lemari. Dari hal kecil tersebut, anak diajak untuk berpikir secara luas (general) tidak terpaku oleh pemikiran lama.

Selain hal-hal tersebut, untuk membuat anak cerdas dan kreatif dapat juga dilakukan ketika anak masih dibawah lima tahun yaitu dengan memberikan anak permainan yang menarik dan tentunya yang membutuhkan pemikiran. Permainan yang membutuhkan pemikiran dapat meningkatkan kerja otak, sehingga anak dapat berpikir untuk menyelesaikan permainan tersebut dengan berbagai cara, dan daya kreativitasnya dapat terasah.

Nahh....

Kalau kita anda pernah membaca part1 mungkin anda akan bisa singkron dengan apa yang akan kita bahas.

Di banding berpikir kritis, berpilir kreatiflebih menyukai imajinasi bebas dan tidak secara sistematis. Pemikir kreatif sengaja melatih imajinasi mereka dengan memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda dari kebanyakan orang. Akibatnya, banyak orang yang memandang ia aneh sebelum orang melihat karya nyatanya. Hal tersebut menjadikan guru dan orang yang ada di sekitarnya berperan penting dalam memberikan dorongan dan penegasan bahwa hal itu pantas di lakukan.

Untuk menjadikan anak problem solver, di butuhkan pemikiran kritis dalam menganalisis dan kreatif dalam menemukan pemecahannya. Sebelum memecahkan masalah harus merumuskan beberpa pertanyaan. Rumusan ini nanti sebagai pedoman bertindak mereka dalam alur penyelesaian masalah. Biasanya rumusan masalahnya adalah, apa masalahnya, apa yang akan kita cari dari permasalahan tersebut, solusi apa bagaimana dan apa alasan yang mendukung solusi tersebut, serta apa kesimpulan untuk tindakan pemecahanya.

Jadi pembelajaran yang bagus adalah yang mendayakan pola pikir kritis dan kreatif karena akan terbentuk seorang pemecah masalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline