Lihat ke Halaman Asli

Prasetiawan

University of Indonesia Student

Pemetaan Partisipatif Potensi Komoditas Pertanian Palawija Kota Depok

Diperbarui: 12 Juli 2023   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1: Lahan Perkebuanan (Sumber: Penulis 2023)

Sebagai Negara yang dikaruniai kekayaan Sumber Daya Alam yang melimpah, Indonesia memiliki banyak sekali potensi-potensi SDA yang harus dikembangkan salah satunya potensi SDA pertanian. Sektor Pertanian merupakan salah sektor yang sangat penting bagi keberlanjutan dan ketahanan pangan di Indonesia, termasuk Tanaman Palawija  (Ery Chusnul Aldi et al., 2023).  

Dengan letaknya geografis yang sangat strategis, menjadi keuntungan bagi masyarakat Indonesia dalam mengembangkan komoditas pertaniannya termasuk komoditas palawija. Komoditas Palawija meliputi tanaman jagung, kedelai, kacang - kacangan, umbi - umbian dan sejenis lainnya. Tanaman palawija yaitu tanaman pengganti padi atau tanaman kedua setelah tanaman padi. Tanaman ini ditanam oleh para petani pada saat persedian air sudah berkurang. Setiap daerah memiliki sifat tanah yang berbeda. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kesesuaian dalam penanaman tanaman palawija di  daerah tersebut. 

Jenis tanaman yang ditanam juga harus memperhatikan jenis tanah, suhu, curah hujan, dan perairan agar pertumbuhan tanaman palawija tersebut dapat optimal (Setyabudi. A.D. & Mustafidah. H. 2020).

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan, dalam rangka memajukan dan mengembangkan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang ada, maka muncullah pemetaan partisipatif sebagai salah satu langkah untuk mewujudkan tujuan tersebut. Pemetaan partisipatif sederhananya adalah melibatkan masyarakat setempat untuk melakukan pemetaan potensi SDA yang ada di wilayahnya. Seperti dalam hal ini  komoditas palawija di Kota Depok melibatkan partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk petani, petugas pemerintah, dan masyarakat setempat.

Pemetaan partisipatif dapat dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya : tahapan perencanaan, pengumpulan data sekunder, sosialisasi kegiatan, pelatihan pemetaan, pengolahan data, verifikasi dan validasi data, konsultasi publik dan pembuatan laporan dan pengesahan hukum terhadap peta yang dihasilkan dilakukan dengan penandatanganan oleh pihak kecamatan, perwakilan masyarakat, dan pihak yang bersangkutan lainnya.

Kota Depok secara astronomis terletak pada koordinat 6 19'00'' - 6 28'00''  Lintang Selatan dan 106 43'00'' - 106 55'00''  Bujur Timur. Batas wilayahnya secara geografis berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Bentang alam Kota Depok dari Selatan ke Utara merupakan daerah dataran rendah - perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara 50 hingga 140 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan lerengnya kurang dari 15%.

Sebagai daerah penyangga Jakarta, Kota Depok mendapatkan tekanan migrasi penduduk yang cukup tinggi sebagai akibat meningkatnya kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa. Hal tersebut akan menempatkan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin sempit dan tidak mencukupi karena alih fungsi lahan. Oleh karena itu monitoring dan prediksi RTH perlu dikaji sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi dalam perencanaan dan pengendalian alih fungsi lahan dengan mempertimbangkan RTH. Sehingga laju pertumbuhan Kota Depok tidak menyebabkan alih fungsi lahan yang dapat menyebabkan terjadinya penyempitan atau pengurangan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

penggunaan lahan Kota Depok didominasi oleh lahan terbangun, sedangkan yang masuk dalam area pertanian seperti sawah dan kebun campuran hanya sekitar 2. 696 ha. Hal ini menandakan area pertanian di Kota Depok terbatas. Pertanian Kota Depok pada khususnya Padi dan Palawija memiliki persentase yang bervariasi. Berikut merupakan produksi dan persentase  hasil pertanian dan tanaman pangan Kota Depok. Tanaman Palawija yang dominan ditanam oleh masyarakat Kota Depok adalah Ubi Kayu dengan persentase 52,80%. Sedangkan jagung 4,5 %,  Ubi Jalar 2,06% dan Kacang Tanah 0,92%.

Daftar Pustaka

  • Ery Chusnul Aldi, Safira Aprilia Lukita, & Muhammad Yasin. (2023). Analisis Potret Pertanian di Kota Tuban Meliputi Tanaman Palawija, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan, Perikanan. Journal of Creative Student Research, 1(3), 82--95.
  • Setyabudi. A.D. & Mustafidah. H. (2020). Determining the Type of Plant Agriculture Crops Using Simple Additive Weighting (SAW) and the Weighted Product (WP) Method.
  • Aji.G.P. et.al, (2020). Perubahan Dan Prediksi Penggunaan Lahan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Depok.
  • [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Depok. 2022. Kota Depok dalam Angka 2022. Badan Pusat Statistik Kota Depok, Depok.
  • Putri, P. 2010. Analisis spasial dan temporal perubahan luas ruang terbuka hijau di Kota Depok.
  • Ramadhan, F. dan J. Osly. 2019. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan kecukupannya di Kota Depok.

Penulis: Prasetiawan (Mahasiswa Geografi Universitas Indonesia)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline