Lihat ke Halaman Asli

Andreas Prasadja

TERVERIFIKASI

Efek Mendengkur Pada Wanita Lebih Parah

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Wanita yang mendengkur ternyata menyimpan risiko kesehatan tersembunyi yang tak kalah berbahayanya dibanding pria. Sebuah penelitian baru yang dilakukan di UCLA School of Nursing ungkapkan bahwa wanita yang mendengkur dan derita obstructive sleep apnea (OSA) mempunyai respons otonom seperti berkeringat, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang terganggu.

Fungsi-fungsi ini memang menurun pada semua penderita OSA, tapi efeknya pada wanita ternyata lebih parah.

Obstructive Sleep Apnea dan Wanita

Banyak sudah penelitian yang menunjukkan bahaya mendengkur. OSA yang artinya henti nafas saat tidur, terjadi karena menyempitnya saluran nafas ketika tidur. Sering kali saluran nafas tersumbat sama sekali sehingga pendengkur seolah tercekik dalam tidurnya. Akibatnya otak dapat terkaget-kaget sepanjang tidur, hingga penderitanya terbangun tak segar dan mengantuk sepanjang hari.

Episode henti nafas berulang kali dalam tidur juga telah diketahui sebabkan hipertensi, penyakit jantung, diabetes hingga stroke. Pada wanita hamil, OSA dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan kehamilannya seperti prematuritas, diabetes saat kehamilan, preeclampsia, gangguan perkembangan janin hingga keguguran.

Sayangnya gejala OSA pada wanita kurang kentara dibanding pria. Kantuk berlebihan misalnya, wanita cenderung lebih mengeluhkan sakit kepala atau gangguan konsentrasi dibandingkan mengantuk. Sementara suara dengkuran pun wanita lebih lembut dibandingkan pria.

Penelitian

Tim peneliti memeriksa beberapa relawan, pria maupun wanita. Mereka diminta untuk melakukan tiga tugas:


  • Manuver valsava, menghembuskan nafas kuat-kuat dengan mulut tertutup.
  • Mengepalkan tangan kuat-kuat.
  • Memasukkan kaki kanan ke dalam air yang sangat dingin.


Kemudian perubahan denyut nadi dicatat. Didapati pada penderita OSA denyut nadi lebih rendah dan lebih terlambat responsnya dibandingkan orang sehat. Sayangnya pada wanita ternyata responsnya lebih buruk lagi dibanding penderita OSA pria.

Padahal respons ini penting bagi kelangsungan kesehatan. Respons peningkatan denyut nadi dan tekanan darah menunjukkan bagaimana tubuh merespons aktivitas fisik yang meningkat. Buruknya respons ini juga tunjukkan bahwa wanita lebih mungkin mengembangkan gejala-gejala penyakit jantung dibanding pendengkur pria.

Para ahli mengingatkan, deteksi dini penting bagi wanita yang mendengkur untuk mencegah penyakit jantung-pembuluh darah. Namun, penelitian ini masihlah penelitian awal yang membutuhkan penelitian lebih lanjut. Jika diketahui kemungkinan penyakit jantung wanita yang menderita OSA lebih tinggi, bagaimana responsnya terhadap perawatan CPAP? Akankah perbaikannya juga lebih rendah dibanding pria setelah OSA-nya dirawat?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline