Lihat ke Halaman Asli

Andreas Prasadja

TERVERIFIKASI

Memantau Tidur dengan Gelang Pemantau Kebugaran

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391348752997930866

[caption id="attachment_319910" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Belakangan kita saksikan bagaimana gaya hidup sehat dan hobby gadgets menyatu dalam bentuk aplikasi atau gelang-gelang pemantau kebugaran (fitness trackers). Merk-merknya pun beragam, dan semua bisa dihubungkan dengan aplikasi di telepon cerdas. Sebut saja jawbone up, nike+, fitbit, dan lain-lain. Pada dasarnya, alat ini akan merekam aktivitas seseorang, terutama saat berolah raga. Ada laporan kecepatan, jarak yang ditempuh bahkan hingga perkiraan kalori yang dikeluarkan. Yang menarik, seiring dengan bangkitnya kesadaran akan kesehatan tidur, laporan yang diberikan juga berupa durasi tidur, kecukupan tidur, bahkan merk tertentu memberikan laporan tahapan tidur. Berapa lama kita tidur dalam, atau berapa lama kita tidur ringan. Tapi benarkah laporan tersebut? Seberapa akurat? Lewat tulisan ini saya akan coba ulas sedikit. Tulisan ini juga sebenarnya jawaban saya atas beberapa pertanyaan teman yang mengirimkan gambar laporan tidurnya lewat sosial media. Gelang Pemantau Kebugaran Sebenarnya bagaimanakah gelang pemantau ini bekerja? Sensor utamanya bernama accelerometer, berupa sensor yang membaca gerakan. Setiap gerakan, kecepatan, arah dan jarak yang ditempuh direkam dan dilaporkan. Berdasarkan gerakan dianggap bisa diprediksikan juga seseorang tidur atau tidak. Sementara beberapa produk memprediksikan kedalaman tidur berdasarkan gerakan, hingga dalam pelaporan kedalaman tidur dibagi menjadi tidur ringan. Masalahnya gelang-gelang ini kurang akurat. Gerakan manusia sepanjang tahapan tidur hampir sama. Tahapan tidur pun bukan hanya tidur dalam dan ringan saja. Tidur Manusia Kedokteran tidur juga menggunakan teknologi accelerometer ini untuk melihat pola tidur, namanya actigraphy. Tapi alat serupa jam tangan ini pun hanya digunakan untuk melihat pola, bukan durasi tidur, terlebih tahapan tidur. Karena kita tahu accelerometer tak bisa diandalkan untuk melihat durasi tidur. Untuk melihat tidur, kita harus melihat aktivitas gelombang otak saat tidur. Bukan itu saja, parameter lainnya adalah gerakan bola mata dan tegangan otot pada dagu. Untuk melihat semua ini, para ahli menggunakan alat pemeriksaan bernama polisomnografi atau biasa disingkat menjadi PSG. Sekelompok peneliti dari the West Virginia University, di tahun 2011 telah melakukan perbandingan antara salah satu merk pemantau kebugaran dengan polisomnografi. Hasilnya, alat pemantau kebugaran kelebihan mendata tidur rata-rata 67 menit dibanding PSG. Tahapan Tidur Berdasarkan gelombang otak tidur dan parameter lainnya, tahapan tidur dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu tidur R dan NonR. R merupakan kependekan dari tidur REM, Rapid Eye Movement. Lalu tidur NonR dibagi lagi menjadi tahap N1, N2 dan N3. Semua tahapan tidur ini berjalan naik turun kecuali N1 yang secara normal hanya ada di awal tidur. Diawali saat menutup mata, pikiran mulai berlompatan dan kita merasa sangat rileks. Kita masih cukup sadar dengan lingkungan sekitar kita, tetapi orang lain melihat kita sudah tertidur. Begitu tak ingat sesuatu apa pun dan kita sudah tak menyadari sekeliling, kita memasuki tahap N2. Dalam tahap tidur ini kita masih dapat dibangunkan dengan suara keras. Selanjutnya kita masuk semakin dalam hingga lebih sulit untuk dibangunkan. Inilah tahap N3. Beberapa waktu di tidur N3 kita akan kembali ke N2. Dari N2 kita tak kembali ke N1 tetapi memasuki tahap tidur R. Pada tahap tidur inilah kebanyakan mimpi kita berada. Sebagai pengaman, otot-otot besar kita dilumpuhkan agar tak bergerak mengikuti isi mimpi. Hanya pada tahap tidur inilah kita sungguh-sungguh tidak bergerak. Setelah alami satu siklus tidur ini, siklus pun berulang kembali ke N2, N3, R dan kembali ke N2. Untuk Kesehatan Tidur Ada beberapa konsekuensi yang harus diketahui pengguna gelang pemantau kebugaran. Karena sifatnya yang tak akurat, ketika membaca durasi tidur, sadari bahwa kita tak tidur selama itu. Ada kemungkinan kita tidur setengah jam hingga satu jam dibanding yang dilaporkan. Jika kita membaca bahwa kita tidur selama delapan jam semalam dan merasa cukup tidur dan tidak bermasalah, sebenarnya kita mungkin hanya tidur tujuh atau tujuh setengah jam. Lalu kita merasa tak ada masalah, padahal perlahan kekurangan tidur menggerogoti kesehatan dan produktivitas. Tetapi apakah gelang pemantau kebugaran tak berguna sama sekali bagi pemantauan kesehatan tidur? Sama sekali tidak. Fitness trackers ini tetap dapat kita manfaatkan sebagai pemantau pola tidur. Hanya bukan sebagai alat pemeriksaan medis. Untuk mendampingi, catat juga pola tidur harian. Bandingkan hasilnya dengan laporan pemantau kebugaran, lalu lihat bagaimana performa kita sehari-hari. Kumpulkan catatan selama dua minggu untuk melihat pola tidur, bandingkan dengan kebugaran dan performa kita. Jika sudah teratur namun masih merasa mengantuk dan cepat lelah, periksakan diri ke dokter,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline