Lihat ke Halaman Asli

Memburu Bayangan

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Akhir-akhir ini kamu sedang enggan menuliskan surel pada laman yang biasa dijadikan pelepas luka, apakah gerangan cinta sedang melanda? Barangkali. Atau hanya sedang asyik menyusun sosok yang kamu idamkan. Yah, apalah artinya patah hati jika tak punya kesempatan menciptakan sendiri sosok yang dirasa cocok.

Satu malam kasih sayang yang temaram nan romantis itu, kamu sedikit terkejut dengan pertemuan tak sengaja dengan sosok rekaan yang selama ini hidup dalam imaji.

"Dia?"
Nyata. Hanya saja, kamu mengurung niat untuk memegang tubuhnya.
Kamu hanya memburu senyumnya dari balik punggung. Bertanya nama pun sungkan. Seperti bukan dirimu saja.

Kamu sedang beruntung kala itu, ternyata sosok itu punya nama. Dan kamu mendapatkannya tanpa perlu tersipu menjabat tangannya. Ah, apa tak menyesal jika kau hanya melihatnya dari kejauhan?
Biarlah, katamu. Semoga Tuhan memberikan jalan pertemuan kembali, jika ditakdirkan.

Dan perkenalan itu pun berlanjut lewat pesan singkat, bisa kukatakan kamu mulai tertarik dengan pembicaraan yang tercipta di antara kalian. "Kita belum kenalan, tapi sudah membicarakan soal Freudian." Begitulah seterusnya kalian bertukar pikiran, hanya bertukar pikiran.

Kesempatan kedua bertemu dengannya hampir terjadi, tapi kamu kembali mengurungkan niatmu. Ia mungkin melihatmu berdiri sendirian dengan wajah kebingungan di tengah keramaian, tapi ia hanya mengirimkan pesan singkat agar kau jangan pulang terlalu malam dan tak menghampirimu untuk sekedar berjabat tangan.

Belum waktunya.
Lalu kapan?

Kamu hanya sanggup melihatnya asyik memotret dari kejauhan, lalu mencoba mencari kesempatan berdiri di dekatnya, namun seketika ia hilang. “Apa aku salah orang?” katamu.

Kini kamu kembali menulis surel pada lamanmu yang setia menjadi tempat meluruhkan rasa. Lalu sambil bertanya-tanya, apa dia sudah punya pasangan? Kamu hanya sanggup menggerutu, “dia terlalu banyak bicara pada mesin, sampai mungkin lupa bagaimana caranya bicara pada manusia.” kala ia menjadi yang berbeda.

Sikapnya seperti teka-teki dalam serial Sherlock Holmes katamu. Atau mungkin kamu yang terlalu bersemangat, sampai lupa kalau kalian belum berkenalan.

Kamu jadi rajin berdoa, semoga ia adalah yang selalu kamu semogakan. Lalu kubilang, “Kejauhan! Berkenalan saja kau beluman.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline