Lihat ke Halaman Asli

Teror di Malam Ramadhan

Diperbarui: 6 Juni 2016   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memasuki bulan ramadhan adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh kaum muslimin. Datangnya bulan penuh rahmah yang dipenuhi dengan berbagai ibadah. Dengan penuh kerinduan menanti-nantikan malam seribu bulan.

Bulan yang penuh persiapan, dimulai dengan ritual mandi satu hari sebelum berpuasa. Kemudian malamnya dengan sangat bersemangat kami mendatangi mesjid terdekat untuk beribadah shalat terawih. Mesjid dan langgar selalu penuh, kalau datang telat alamat tidak akan kebagian tempat. Namun gairah ibadah ini tidak berlangsung lama, seminggu terutama dua minggu kemudian yang hadir shalat terawih bisa dihitung dengan jari, bahkan kadang hanya dengan jari sebelah tangan. 

Uniknya sepuluh hari menjelang lebaran, kegairahan itu mulai menggeliat kembali. Terutama tanggal ganjil, acara lilikuran. Dimana setelah shalat selesai kemudian ditutup dengan doa syukur serta ada hidangan berupa berbagai penganan dan juadah.

Suatu masa lampau, saat listrik dari PLN belum terpasang di kampung kami. Ada kejadian 'teror' kecil-kecilan saat terawih lilikuran. Seperti biasa berbagai penganan disimpan di bagian belakang mesjid ditunggu oleh anak-anak perempuan. Di bagian depan tempat berlangsungnya shalat terawih. Penerangnya hanya lampu minyak tanah sederhana tanpa kaca penutup.

Beberapa rakaat sebelum shalat berakhir, ada sedikit keributan di bagian belakang. Sontak imam dan makmum yang sedang shalat agak terganggu kekhusukannya. Belum pulih konsentrasi mereka, tiba-tiba ada benda, yang kemudian diketahui adalah ketupat, melayang dari arah belakang menuju lampu yang berkelap-kelip mengkuatirkan.

"Brak!"

Mesjid yang temaram berubah menjadi gelap gulita, bagian luar mesjid ada remang dari cahaya bintang. Namun di dalam hanya kegelapan dan kegaduhan. Terjadi rebutan makanan dan berbagai juadah beterbangan, mengenai imam dan makmum yang terpaksa menghentikan shalat terawihnya. 

Pada saat seseorang menyalakan korek api, nampak berantakan ruang dalam hasil dari teror tadi. Belum sempat menghitung kerugian, belasan pasang kaki berdebum berlarian keluar sambil cekikikan. Rupanya remaja tanggung nakal yang tidak ikut shalat telah meneror dan merampas penganan kami.

Sambil diiringi isakan anak-anak perempuan penjaga makanan dan ditemani imam yang masih agak kaget karena lampu yang dilempar tadi terletak disampingnya. Seorang makmum berusaha menyelamatkan dan menyalakan lampu kembali.

Perkiraan korban dan kerugian; lampu mesjid agak penyok dan sebagian minyaknya tumpah, baju imam kotor kena lemparan wajik ketan, beberapa makmum kena lempar ketupat (untung bukan Ketupat Bengkulu) walau tidak luka, sekitar enam piring penganan digondol anak nakal dan masing-masing satu piring wajik ketan dan ketupat terbuang karena jadi bahan lemparan. Belum beberapa anak perempuan yang menangis dan seorang anak laki-laki yang terpeleset ke parit.

Kejadian seperti di atas jarang terjadi namun saling lempar makanan setelah terawih cukup sering dilakukan. Itulah uniknya terawih di tempat kami. Sebenarnya tidak elok, namun menjadi kenangan yang lucu dan membekas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline