Lihat ke Halaman Asli

Suara dalam Kerumunan Digital: Mengeksplorasi Bagaimana Respon Netizen terhadap Kasus Pembulian Santri Kediri

Diperbarui: 30 April 2024   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kini kasus pembulian di pondok pesantren terulang lagi, pasalnya pondok pesantren  yang dikenal sebagai lembaga pendidikan berbasis Islam yang mengayomi baik pendidikan rohani dan jasmani, justru banyak kasus pembulian maupun pelecehan yang terjadi. Belakangan ini sedang ramai diperbincangkan kasus pembulian di sebuah pondok pesantren yang mengakibatkan seorang santri meninggal dunia. Kasus ini terjadi di sebuah Pondok Pesantren Tartilul Quran Al Hanifiyyah, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pondok pesantren Tartilul Quran Al Hanifiyyah sendiri juga tidak memiliki izin operasional.

Pihak kepolisian menjelaskan bahwa korban meninggal dunia pada Jumat (23/2/2024) dan kasusnya dilaporkan pada Sabtu (24/2/2024). Korban yang bernama Bintang di pulangkan dalam keadaan meninggal dunia dan terdapat beberapa luka lebam ditubuhnya, ditambah ada luka seperti jeratan di leher. Bintang yang mendapat perlakuan pembulian yang dilakukan oleh  seniornya. Pelaku yang menjadi tersangka ada empat orang dan salah satunya merupakan sepupu korban sendiri. Alasan dilakukan pembulian itu sendiri  diungkapkan oleh kuasa hukum pelaku "Rini Puspita Sari". Beliau  mengatakan bahwa alasan itu adalah karena korban jarang mengikuti sholat berjamaah dan korban juga dikenal sebagai orang yang nakal sehingga membuat para pelaku geram dan memukul korban untuk memberi efek jera. Alasan tersebut membuat banyak orang bertanya tanya, "apakah hanya dengan alasan tersebut para pelaku melakukan pembulian terhadap korban?" "Apakah harus dengan kekerasan untuk mengingatkan?" Memberi hukuman kepada santri di luar tanggung jawab sesama santri, hal tersebut merupakan tanggung jawab pengurus pondok.

Selain itu tengah ramai diperbincangkan juga Gus Fatihunnada, ia adalah pengasuh Pondok Pesantren Al Hanifiyyah, Kabupaten Kediri. Beliau yang mengantarkan jenazah korban ke rumah keluarga duka. Dilihat dari beberapa video yang beredar di media sosial, sikap pengasuh pondok tersebut tampak aneh dan tidak wajar saat dimintai keterangan oleh keluarga korban. Beliau juga mengaku tidak tahu korban meninggal karena dianiaya. Dilihat dari beberapa komentar di video tersebut, banyak netizen yang meragukan jika orang tersebut bukan pengasuh maupun kiyai dari pondok tetapi orang suruhan yang di tugaskan untuk mengantar jenazah korban. Saat dimintai keterangan oleh pihak polisi, pihak ponpes mengaku sebagai pengasuh bukan kiyai, sedangkan pihak keluarga korban mengatakan bahwa orang tersebut merupakan kiyai pondok. Dengan adanya pengakuan tersebut membuat kasus ini semakin janggal karena dari pihak pondok pun menutupi dan belum memberikan keterangan.

Sebelum korban meninggal, korban juga sempat mengirim pesan kepada ibunya, chat nya pun viral juga di media sosial dan menuai komentar pro kontra dari Netizen. Pesan yang diberikan korban kepada ibunya, korban meminta dipulangkan dan dijemput dari pondok. Pesan yang bertuliskan "Cpet ma sini" "Aku takut". Korban juga sempat mengirim pesan meminta tolong beberapa kali. Pihak keluarga atau bisa dibilang ibu korban membalas pesan tersebut dan meminta korban untuk bersabar dan berjanji akan menjemput korban setelah ramadhan. Ibu korban juga sempat membalas pesan akan mengirimkan uang, korban pun tetap menolak dan tetap meminta untuk dijemput. Terdapat berbagai respon netizen terhadap chat tersebut, banyak yang menyayangkan atas respon chat sang ibunda korban tersebut. Banyak yang menanggapi mengapa ibu dari korban tidak menanyakan kenapa atau alasan korban menulisakan pesan tersebut. Dikutip dari salah satu komentar di TikTok "aku takut. SEHARUSNYA Anda TANYA KENAPA!!!!". Dan beberapa respon lainya.

Kasus ini menggiring masyarakat untuk memberikan respon. Banyaknya kasus pelecehan dan pembulian di pondok persantren seperti kasus bintang tersebut menggiring opini negatif terhadap pondok pesantren secara umum. Salah satu influenser Tik Tok "Kadam Sidik" memberikan opini bahwa pondok pesantren itu pada hakikatnya memang darurat kasus pelecehan seksual dan kasus bullying. Banyaknya kasus pembulian dan pelecehan seksual dipondok pesantren terjadi tetapi tidak semua pondok pesantren memiliki kasus yang sama. Jika kita lihat dari komentar video Kadam Sidik yang menanggapi kasus ini, banyaknya netizen yang ragu untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren. Selain itu, banyak juga yang menyanyangkan sistem keamanan di pondok pesantren.. Ifluenser Tik Tok "Kadam Sidik" juga memberikan pendapatnya yaitu soal sistem keamanan di pondok, dikutip dalam salah satu kontennya "adanya satgas satgas anti perundungan dan anti kekerasan perlu di adakan dan perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pondok pesantren agar para santri, calon santri maupun wali santri merasa tenang dan aman. Segera di masukannya di dalam kurikulum pondok pesantren kurikulum anti bullying dan pelecehan seksual". Pendapat tersebut juga bisa menjadi salah satu solusi dan penanganan dari permasalahan tersebut.

Kasus perundungan harus di tindak secara tegas dan mendapat perhatian khusus agar tidak memakan banyak korban lagi dan mengurangi kerisauhan para siswa maupun santri dalam belajar. Dimana mereka di tempat yang digunakan untuk menuntut ilmu dapat dengan tenang dan nyaman tanpa adannya gangguan dengan memberikan perlindungan secara ketat dan menyeluruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline