Identitas Film
- Judul Film: Aum!
- Sutradara: Bambang Kuntara Mukti
- Produser:Damar Ardi, Suryo Wiyogo
- Penulis Naskah: Bambang Kuntara Mukti, Gin Teguh
- Penata Musik: Bigheldy
- Sinematografer: Ujel Bausad
- Penyunting: Fajar Kurniawan Effendy
- Rumah Produksi: Lajar Tantjap Film
- Tahun Tayang: 2021 (Indonesia)
- Durasi:85 menit
- Pemeran: Jefri Nichol, Chicco Jerikho, Emanto Kusuma, Aksara Dena, Kukuh Riyadi, Kevin Abani, Agnes Natasya Tjie, Seteng Sadja, Jamaludin Latief, Aryudha Fasha
- Genre: Drama, Petualangan
Ketika berani mengkritik, maka nyawa telah dipertaruhkan. Ketakutan dan kecemasan para pemuda dalam mencapai tujuan tergambar lewat film Aum! yang disutradarai Bambang Kuntara Mukti. Sudah saatnya kita bersama melawan demi reformasi ditegakkan.
Film Aum! mengisahkan kisah perjuangan para pemuda mendukung reformasi pada kisaran tahun 1998 yang terbagi menjadi dua bagian film berbeda. Bagian pertama film, yaitu "Pertunjukan" dibuka dengan adegan menegangkan yang menunjukkan Satriya (Jefri Nichol), seorang mahasiswa aktivis reformasi, yang sedang dikejar oleh beberapa orang setelah masuk daftar target operasi militer.
Walaupun sudah berusaha melarikan diri, ia berhasil ditangkap oleh Adam, kakak Satriya yang merupakan bagian dari militer. Namun, ternyata Adam hanya berpura-pura menangkap Satriya untuk berusaha menyelamatkan adiknya. Sepanjang perjalanan Satriya dan Adam, terlihat bahwa keduanya memiliki pandangan ideologis yang berbeda dan kerap kali bertentangan.
Ketika cerita tersebut selesai, film kemudian berlanjut pada bagian kedua, yaitu "Perjalanan", yang menceritakan sekelompok pemuda yang hendak membuat sebuah film untuk mengekspresikan pendapat mereka. Cerita awal dalam film Aum! ternyata merupakan film yang dibuat Linda (Agnes Natasya Tjie), seorang mahasiswa, dan disutradarai oleh Panca (Chicco Jerikho).
Pembuatan film di era reformasi tidaklah mudah dengan pembatasan kebebasan berpendapat pada masa pemerintahan Orde Baru. Setiap proses sangat dirahasiakan untuk menjaga keamanan para kru film. Pada bagian "Perjalanan", digambarkan proses dan berbagai konflik yang terjadi saat Panca, seorang sutradara yang egois, menggarap filmnya.
Film ini benar-benar menggambarkan realitas kondisi sosial politik yang sangat menegangkan pada saat itu. Hal ini dapat dilihat dalam film dengan tokoh Linda (Agnes Natasya Tjie) yang selalu mengingatkan para film kru untuk menjaga ketenangan saat proses pembuatan film agar tidak menarik perhatian publik. Gambaran ini sejalan dengan kondisi politik Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru, dimana pemerintahan yang bercorak militeristik otoriter, melakukan banyak penahanan politik kepada mahasiswa yang berani menyuarakan kritik dan pendapat (Kompas.com).
Walaupun menegangkan dan menggarap topik sensitif, film bergenre drama ini juga dibalut dengan komedi. Di satu titik, film terlihat begitu dramatis dan tegang. Namun, pada bagian kedua, nuansa cerita berbeda dengan bagian awal film. Pada bagian "Perjalanan", film ini menggunakan komedi sebagai alat menyampaikan pesan-pesan dalam era reformasi.
Penonton dibuat tertawa dengan adegan konyol yang dilakukan oleh para kru film dan dalam perselisihan dengan sutradara yang terjadi dalam pembuatan film. Salah satu adegan yang penuh dengan komedi adalah ketika proses pembuatan film dilakukan di sebuah kebun binatang. Begitu banyak aksi konyol yang dilakukan oleh kru film dalam upaya mendapatkan suara aum dari harimau.
Kekuatan perasaan serta emosi dari film sungguh terpancar melalui aktor dan aktris yang memainkan perannya dengan begitu mendalam. Penampilan Jefri Nichol dan Aksara Dena patut diapresiasi sebab dapat memerankan dua peran sekaligus dalam film ini. Ketika memerankan Satriya, Jefri Nichol terlihat serius dan kritis, tetapi ketika menjadi Suryo, ia terlihat seperti aktor yang polos.
Kemudian, ada pula Chicco Jerikho yang mampu memerankan seorang sutradara yang idealis, keras kepala, dan egois dan Agnes Natasya Tjie yang berperan sebagai Linda, seorang produser yang tegas dan keras kepala. Interaksi antara Panca dan Linda yang keras kepala, bersama aktor lainnya terlihat begitu natural layaknya perkumpulan pemuda yang sedang bekerja sama dan seperti video di balik layar pembuatan suatu film. Semua aktor mampu membangun perpaduan yang menyenangkan dan serasi dalam film ini.