Fitrahnya manusia ingin terlahir dengan panca indra yang normal, namun kadang karena kondisi dan takdirlah yang menentukan kekurangan dan kelebihan kita. Seperti yang dialami Desi Rahmadani Maghfira Ayu Putri atau yang akrab disapa Fira yang awalnya terlahir normal, kini memiliki kekurangan untuk mendengar dan berbicara. Dan penyebabnya karena pasca melahirkan prematur, kondisi mama Fira yang melemah terpaksa harus dirawat, sehingg Fira dijaga oleh suster. Namun esoknya, karena kelalaian suster yang lupa menjaga air susu dalam botol, tersedaklah paru paru Fira karena kemasukan air susu. Lalu antara hidup dan mati akibat hampir tak dapat bernafas, Fira segera diberi oksigen. Namun pasca insiden tersebut, dokterpun menjelaskan, bahwa kondisi seperti ini resikonya bisa mempengaruhi fungsi mata atau pendengarannya. "Dan bersyukurnya Fira tidak sampai buta, sehingga walau anaknya tuna rungu, setidaknya ia masih bisa melihat. " ungkap sang mama.
kasih sayang tulus dari ibu menjadi spirit Fira sebagai model Meskipun Fira tumbuh sebagai anak tuna rungu, namun interaksi sosialnya dalam keluarga, pergaulan, sekolah bahkan prestasinya di ajang bakat model fashion masih mampu berkompetisi dengan kontestan yang masih memiliki panca indra normal. Bahkan iapun juga pernah ingin bisa bernyanyi seperti anak anak lainya. Terlebih saat Fira berkata ingin menjadi artis lalu mencoba menyanyi, sang Mamapun jadi terdiam dan merasa sangat sedih sekali karena baginya ini memang sudah takdirnya memiliki anak dengan kekurangan. "Namun saya tidak boleh minder memiliki anak tuna rungu, justru saya bisa harus memberi motivasi untuk maju dan mandiri." tegas Mama Fira dengan semangat.
Fira, Model tuna rungu yang ingin menjadi selebriti
good looking in pose photo shoot
Sebagai bukti kasih sayangnya, Orang tua Firapun mencoba berobat alternatif, kadang seminggu sekali mereka dari Surabaya hingga ke Jakarta, namun belum ada hasilnya. Lalu mereka akhirnya memutuskan berobat medis untuk operasi implan. "Keberhasilan operasi itu tidak hanya dari operasinya saja, tapi juga dukungan dari keluarga dan lingkungan serta terapi. karena tanpa adanya terapi itu tidak akan berhasil." tegas sang dokter.
Dan pasca menjalani operasi implan, Dokter menyarankan agar Fira dikeluarkan saja dari sekolah SLB untuk meneruskan sekolah reguler sehingga ia bisa interaksi sosial dengan teman temannya terus berkembang, karena bila meneruskan sekolah di SLB Fira hanya dapat menggunakan bahasa isyarat maka tidak akan merangsang pendengarannya.
Maka Fira kemudian disekolahkan di SMP negri 43 Surabaya. Dan dari wali kelasnya pun mengatakan "Meskipun ada kelas Inklusi bagi anak khusus di sekolah reguler, namun Fira tetap dapat belajar dan berkumpul bersama para siswa, dan ternyata ia juga bisa mengikuti pelajaran-pelajarannya."
fira, modeling modest wear
finalis be star talent di FX Sudirman
"Anak itu melihat kita, jadi kalau kita minder dan malu, mereka juga tidak akan punya kepercayaan diri kalau bukan orang tuanya yang mendorong. Jadi dengan dia menang dan senang dapat piala, dan sekarang fira mau percaya diri ikut lomba dan menunjukkan prestasinya" tegas mama Fira.
Dan semenjak SD Fira telah menunjukan bakat sebagai model fashion, diantaranya: juara 1 peragaan busana tani/nelayan se- kecamatan, juara #2 lomba fotogenic model by JSE, juara #1 lomba fashion Kartini day SMP, Juara #3 Casual jeans Competition, finalis be star talent di FX Sudirman, Jakarta, Juara #2 fashion show batik glamour, Juara harapan audisi model & actor wanted 2016 Surabay, Juara #2 Batik Glamour di ITTEC EXPO 2016, dan juara #1 Star Look Model Surabaya yang nanti juga akan berkompetisi pada akhir Mei 2016 di Jakarta.
Lebih dalam lagi Mama Fira bercerita"Intinya orang tua itu tidak boleh malu, harus memberi semangat. Hal Ini tentu benar-benar menjadi perhatian yang ekstra dari saya, terutama anak dengan kebutuhan khusus itu egonya tinggi, kalau sudah minta apapun harus dituruti, karena bila tidak dituruti ia akan temperamen. Memang mendidik anak membutuhkan perhatian yang khusus, ada kalanya kita perlu untuk tidak melulu harus menuruti semua keinginannya. Kita juga harus tegas, karena bila tidak, dia akan selalu seperti itu, sehingga akan membuat orang tua kewalahan."
Harapan mama Fira adalah, meski anaknya tuna rungu, namun Fira tetap harus mampu mandiri dan bersosialisasi, karena selamanya Fira tidak akan terus diikuti kedua orang tuanya agar dia bisa bicara tanpa bahasa isyarat, harus jelas suaranya dan melihat gerak bibir serta bisa bahasa isyarat agar saat bertemu dengan komunitas tuna rungu dia juga bisa berkomunikasi.