Lihat ke Halaman Asli

Fenomena Bahasa Jaksel: Biar Kelihatan Pinter?

Diperbarui: 12 Januari 2022   15:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tiap hari dengerin podcast, nontonin youtube dan hiburan media lainnya selalu terdengar kata Literally, Which is dan bahasa lainnya yang bercampur dengan bahasa Indonesia. Setelah penulis telusuri ternyata bahasa tersebut disebut bahasa jaksel. Penulis mencoba menelusuri lebih dalam terkait bahasa fenomenal satu ini, kemudian didapati banyak sekali masyarakat yang membahas mengenai fenomena bahasa jaksel ini. Dalam kajian sosiolinguistik, bahasa jaksel tersebut masuk dalam kategori Code Switching.

Alih kode atau Code switching didefinisikan sebagai praktik memilih atau mengubah unsur kebahasaan untuk mengkontekstualisasikan pembicaraan dalam sebuah interaksi. Code switching ini merambah mulai dari kalangan atas hingga kebawah dengan tujuan untuk menunjukkan identitas tertentu, status sosial, tendensi formalitas, dan hubungan antar penuturnya. Contoh code switching yang masih dapat dimengerti yaitu :

            "gw pribadi kalau milih smartphone itu lebih prefer iphone dibandingkan android, karena menurut gw sendiri feel kameranya lebih bagus iphone."

Disini kata "smartphone" "prefer" dan "feel" merupakan code switching yang lumrah karena kata tersebut umum digunakan bahasa inggrisnya daripada bahasa indonesianya (gawai, lebih memilih dan rasanya). Sedangkan  dalam bahasa  Jaksel, bahasa Inggris yang disisipkan dalam Bahasa Indonesia dimaksudkan hanya untuk tujuan prestige atau ingin menunjukkan status sosial yang lebih tinggi dan tidak serta merta untuk tujuan komunikasi yang normal dimana orang lain mengerti apa yang dibicarakan. Contohnya :

            "jadi gw meet someone pas ngampus sore ini, dia classmate gw pas last semester.   Jujurly ya i like him so much, tapi karena gw minder i decided untuk nggak confess to       him."

Kalimat seperti ini membingungkan komunikasi dengan pendengar karena code switching yang digunakan teralu banyak. Istilah bahasa inggris juga digunakan tidak beraturan, terkadang di awal, kadang ditengah ataupun akhir. Penggunaan Bahasa Inggris di masyarakat membuat seseorang menjadi kelas yang berbeda di masyarakat. Masyarakat menilai pengguna bahasa inggris aktif memiliki pengetahuan atau tingkat edukasi yang tinggi. Alhasil, Bahasa Jaksel menjadi suatu cara untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat edukasi dan status sosial yang sangat tinggi dalam masyarakat terlepas dari paham atau tidaknya orang lain saat berkomunikasi dengannya.

Bahasa sangat dipengaruhi oleh globalisasi yaitu ditandai dengan munculnya Bahasa baru yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari seperti bahasa jaksel. Bagi sebagian orang hal itu merupakan sebuah kewajaran karena berbagai faktor misalnya ingin terlihat memiliki edukasi yang tinggi, ingin terlihat berbeda, dll. Namun menurut penulis, esensi berbahasa yaitu membuat orang lain mengerti dengan apa yang kita komunikasikan. Maka dari itu saran penulis yaitu  alangkah baiknya kita menggunakan Bahasa Indonesia terlebih dahulu saat berbicara dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline