BANJIR, DAS DAN TUTUPAN HUTAN
Memasuki tahun 2021, bencana datang silih berganti dari bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor yang merupakan bencana tahunan dan bisa diprediksi sebelumnya sampai bencana gempa bumi yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya.
Drama banjir di provinsi Kalimatan Selatan yang sedang terjadi sekarang, menyentakkan kesadaran kita bahwa ada faktor pengelolaan lingkungan yang tidak beres di daerah Kalsel pada khususnya dan DAS Barito pada umumnya.
Bencana banjir Kalsel ini adalah contoh nyata dari resultante antara kerusakan lingkungan yang masif dengan skala luas yang terus meningkat disatu sisi dan anomali cuaca yang ekstrem akibat pemanasan global disisi lain yang terjadi dalam kawasan daerah aliran air yang sangat luas (DAS Barito) yang melibatkan empat provinsi yaitu Kalsel, Kalteng, Kaltim dan Kalbar.
Sesungguhnya konektivitas antara wilayah DAS dibatasi oleh wilayah hulu dan hilir dalam pendekatan ekosistem DAS yang terdiri dari unsur sungai, air, hujan, tutupan hutan, kebun , sawah, ladang, pemukiman dan manusia yang membentuk suatu kesatuan ekosistem kehidupan yang seimbang (equilibrium) yang saling membutuhkan.
Dalam batas tertentu keseimbangan ini masih mampu dipertahankan, namun apabila terjadi kerusakan lingkungan yang masif dan berulang ulang khususnya didaerah hulu, maka batas toleransi keseimbangan tersebut akan terlampaui dan akan menimbulkan dampak negatif yang nyata yaitu bencana banjir atau banjir besar yang sekarang ini terjadi ditanah air.
Wilayah DAS tidak mengenal adanya batas adminitratif wilayah provinsi apalagi kabupaten dan kota, oleh karena itu dalam penanganan DAS Barito kali ini kesampingkan dulu batas wilayah adiministratif pemerintahan karena yang lebih mendesak adalah masalah tutupan hutan, kaji ulang penataan tata guna lahan dan peningkatan kesadaran (upgrade awareness) masyarakat untuk menjaga lingkungan. Bagaimana memahami hubungan kasualitas antara banjir, DAS dan tutupan lahan.
Keseimbangan Ekologis DAS dan Banjir
Apapun faktor penyebabnya, banjir tetap mengikuti kaidah ilmu hidrologi. Air mengikuti mekanisme alur neraca air yang telah diatur oleh alam dan akan mengalir dari daerah ketinggian kearah daerah yang lebih rendah dengan berbagai macam cara.
Banjir terjadi akibat aliran air dipermukaan tanah (run off) lebih besar volume dibanding dengan yang berinfiltrasi kedalam tanah. Dalam konsep pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), air hujan yang jatuh disuatu wilayah daratan akan ditangkap oleh daerah tangkapan air (catchment area) dan dialirkan kesungai utama dan bermuara kelaut. Konektivitas hulu-hilir DAS menjadi penting karena DAS menjadi urat nadi kehidupan bagi manusia yang bermukim disekitarnya.
Meskipun DAS Barito, terdapat dalam wilayah empat provinsi di Kalimantan, namun karena posisi wilayah Kalsel di bagian tengah dan hilir, sementara daerah hulu masuk dalam wilayah Kaltim dan Kalteng maka apabila terjadi limpasan air dengan volume tinggi, yang paling terdampak banjir adalah daerah Kalsel.