Lihat ke Halaman Asli

Pramasheila Arinda Putri

Universitas Negeri Jakarta

Pengaruh Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap Gangguan Kepribadian Narsistik

Diperbarui: 22 Maret 2023   13:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini membuat pergerakan dunia semakin cepat, dinamis dan semakin mengglobal. Arus perkembangan dunia yang semakin mengglobal melahirkan globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Salah satu produk dari globalisasi yang berhubungan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah media sosial yang marak digunakan oleh masyarakat dunia saat ini. Media sosial seperti sudah menjadi kebutuhan primer yang di mana kebanyakan orang tidak bisa hidup tanpanya.

Penggunaan media sosial memang memberikan para penggunanya banyak kemudahan, khususnya dalam menciptakan interaksi dan komunikasi jarak jauh serta dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari yang dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Selain itu, media sosial juga dapat digunakan untuk mencari banyak informasi terkini yang mudah diakses oleh siapapun dan bisa digunakan sebagai sarana hiburan yang menyenangkan bagi kebanyakan orang.

Di samping itu, media sosial juga dapat memberikan efek negatif bagi kehidupan seseorang, salah satunya dapat memicu munculnya perilaku narsistik. Media sosial seperti WhatsApp, TikTok, Twitter, dan Instagram adalah contoh dari media sosial yang sering digunakan oleh masyarakat, khususnya pada remaja.

Remaja adalah individu yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan ditandai oleh adanya perubahan yang cepat baik secara biologis, kognitif, maupun sosial dan emosionalnya. Masa remaja adalah masa pencarian identitas dan jati diri yang harapannya, remaja dapat lebih banyak mengeksplorasi diri dengan hal-hal positif, yaitu mencoba hal-hal baru yang bermanfaat dalam proses pencarian potensi dalam diri. Namun nyatanya, tidak semua remaja yang sedang mencari jati diri melakukan upaya yang positif. Salah satu upaya yang cenderung negatif yang dilakukan oleh remaja adalah menjadi pengguna aktif media sosial.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) melahirkan media sosial yang banyak mengubah gaya hidup masyarakat luas, salah satunya adalah remaja. Kebiasaan mengunggah status atau story, memperbaharui akun profil, dan mengomentari postingan orang lain telah menjadi bagian dari gaya hidup para remaja pada zaman ini. Remaja dengan ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tinggi akan banyak mencoba hal-hal baru terkait media sosial, khususnya Instagram.

Media sosial layaknya Instagram banyak menyediakan fitur-fitur yang menarik untuk dicoba oleh para remaja, seperti halnya filter foto dan video yang memungkinkan remaja untuk banyak memotret dirinya dengan filter efek, lalu mengunggahnya agar mendapatkan banyak "like" dari pengguna lainnya. 

Tindakan mengunggah foto ataupun video baik dalam bentuk feeds maupun instastory dengan intensitas yang semakin sering akan membuat remaja mengalami kecenderungan untuk terus mengunggah foto ataupun video hanya demi mendapatkan perhatian dari orang lain. Tindakan tersebut nantinya akan mengganggu kesehatan serta kestabilan mental dan kepribadian pada remaja dengan mengarahkan para remaja menjadi individu yang memiliki kepribadian narsistik.

Kepribadian narsistik adalah gangguan psikologi atau kepribadian yang selalu mengangan-angankan suatu kebesaran atau keagungan diri, kurang memiliki rasa empati, sangat mendambakan untuk terus dihormati, dan cenderung tidak mau melihat dari sudut pandang orang lain (Mahari, dkk., 2005: 20). Di mana, gangguan kepribadian adalah gangguan kompleks yang tidak hanya terkait dengan pola perilaku, tetapi juga melibatkan pengalaman internal individu yang bersifat jangka panjang, pervasif, kaku dan tidak sesuai dengan ekspektasi budaya, serta dapat mengganggu hubungan sosial dan profesionalitas seseorang. Di sisi lain, gangguan kepribadian dapat menyebabkan tekanan emosional.

Gangguan kepribadian narsistik yang juga dikenal sebagai Narcissistic Personality Disorder (NPD) disebabkan oleh perasaan ego yang tinggi dan sikap atau perilaku seseorang di mana seorang individu terlalu menekankan keunikan dan kelebihan yang dimiliki oleh dirinya sampai menimbulkan kekaguman dan fantasi yang berlebihan tentang dirinya.

The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM -- V, 2013: 669) mengkaji beberapa ciri dari perilaku Narcissistic Personality Disorder (NPD), antara lain; (1) mempunyai perasaan senang ketika dirinya dianggap sebagai individu yang penting; (2) tenggelam dalam imajinasi tanpa batas; (3) keyakinan bahwa dirinya adalah individu yang "istimewa dan unik"; (4) kebutuhan yang berlebihan untuk dikagumi dan diperhatikan secara berlebih; (5) merasa hebat dengan nama besarnya; (6) eksploitatif secara interpersonal; (7) kurangnya empati; (8) cemburu pada orang lain atau percaya bahwa orang lain cemburu padanya; (9) menunjukkan perilaku atau sikap yang  cenderung sombong.

Narcissistic Personality Disorder (NPD) termasuk gangguan mental yang tidak boleh disepelekan, karena hal itu bisa berdampak pada perubahan pola pikir remaja, sehingga dapat memberikan dampak yang merugikan bagi diri remaja itu sendiri dan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline