"Wuiiih artis-artis kalau buka puasa, makanan dan minumannya enak-enak ya!"
"Mantaaab kali ini Si Yanto anak Pak Lurah, bisa puasa di tanah suci full selama Bulan Ramadhan." Ujar Parjo sembari mengusap androidnya. Ia begitu terkesima melihat orang-orang dengan segala kemewahan yang mereka bagikan melalui instagram story.
Seusai membuka akun instagramnya, Parjo kemudian masuk ke aplikasi whatsappnya. Lagi-lagi ia membuka story yang tersaji. Ia pun langsung membuka story whatsapp beberapa kontak yang tersimpan di akun whatsappnya.
"Es kolak, es buah, sop gurami, plus nila bumbu rujak, hmmmmm enak sekali sepertinya menu berbuka puasa Bu Markonah. Setiap hari selalu saja menunya berganti-ganti. Pasti dia nggak pernah bosan dengan makanan yang itu-itu saja." Parjo mengomentari postingan story whatsapp Bu Markonah, juragan beras di kampungnya.
"Duh, ademnya kata-kata bijak yang di share Ustadz Ahmad di story whatsappnya." Parjo senyum-senyum melihat postingan kata-kata bijak yang dibagikan Ustadz Ahmad.
"Bersyukurlah maka Allah akan menambah nikmat bagimu. Tak perlu membandingkan dirimu dengan orang lain, nisacya kebahagiaan sejati akan dapat kau rasakan."
Membaca kata-kata bijak yang dibagikan oleh Ustadz Ahmad, seketika mampu membuat Parjo merenung. "Bener juga ya kata Ustadz Ahmad. Kalau kita liat ke atas terus nggak akan ada habisnya. Mending mensyukuri kesederhanaan yang aku punya sekarang aja. Rasanya sudah cukup juga kok." Parjo tersenyum lega.
-------------------------------------------------------------***----------------------------------------
Melihat postingan yang berseliweran di media sosial tentang pencapaian orang lain, kebahagiaan orang lain, atau rezeki yang didapatkan orang lain rasanya selalu saja berhasil menguji ketulusan hati kita. Selalu saja tergoda untuk mengomentari, mungkin saja dengan komentar-komentar negatif yang di dalamnya terdapat unsur iri dan dengki. Rasanya ketika iri dengki mampu menguasai hati akan mempengaruhi ucap dan laku kita menjadi lebih negatif. Hal ini sungguh bukanlah hal yang baik.
Seketika teringat sebuah makna ayat dalam Al-Qur'an bahwasannya ketika kita bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, niscaya Allah akan menambah nikmatnya untuk kita. Tentunya setiap orang memiliki jalan hidup masing-masing dengan takaran rezeki yang sudah Allah takdirkan kepadanya. Ketika melihat kenikmatan yang dirasakan orang lain, tentu menguji hati terdalam apakah tetap mampu menjaga dengan merespon positif atau malah sebaliknya dikuasi iri dan dengki sehingga merusak hati. Terkadang mengusap android dan melihat aktivitas orang-orang dengan kemewahan yang dibagikan sunggu menguji hati kita. Akankah kita mampu memproteksi diri dari iri dan dengki atau malah terjerembap ke dalam penyakit hati. Ternyata perlu juga rasanya untuk berpuasa bermedia sosial jikalau hati masih belum mampu dikontrol sepenuhnya dalam upaya menjauhi iri dan dengki. Menambah rasa syukur di setiap harinya dan juga tidak membanding-bandingkan diri dengan pencapaian orang lain menjadi langkah tepat untuk tetap bahagia dengan versi masing-masing. (prp)