"Rasa kecewa, marah, putus asa, hingga minder menjadi penghambat yang nyata dalam proses pembelajaran di sekolah. Perlu pendekatan khusus untuk membantu membangkitkan semangat kembali dalam upaya menggali potensi secara optimal."
Ketika berbicara tentang murid, artinya kita berbicara tentang manusia seutuhnya. Manusia itu sendiri tidak bisa hidup sendiri, perlu bersosialisasi dan berinteraksi baik secara individu maupun secara berkelompok, itulah sebab manusia disebut dengan makhluk sosial.
Dalam sebuah proses pembelajaran kemampuan bersosialisasi dan berinterkasi begitu berperan penting. Seorang murid yang memiliki kompetensi dalam bersosialisasi yang baik akan dapat adapatif didalam menghadapi dinamika yang terjadi dalam sebuah kelompoknya.
Selain itu kemampuan bersikap dalam menghadapi friksi yang berpotensi terjadi berperan penting pula dalam menunjang dirinya dalam upaya menggali potensi dan peningkatan kematangan secara emosional.
Baca Juga: Tak Perlu Takut untuk Menjadi Beda
Kematangan emosi berperan dalam bagaimana pengelolaan emosi itu sendiri, terlebih jika bicara tentan murid hal ini akan berpengaruh besar di masa yang akan datang terkait dengan well being.
Well Being menurut kamus Oxford English Dictionari memiliki arti kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Hal inilah yang diharapkan dimiliki oleh murid saat pembelajaran dan tentunya akan semakin membuat matang secara emosi di masa yang akan datang. Kondisi nyaman, sehat, dan bahagia bagi murid tentunya akan mempermudah bagi dirinya untuk bersikap dalam berinteraksi, memecahkan masalah, dan menggali potensi yang dimiliknya.
Lalu pembelajaran yang seperti apakah yang mampu mengakomodir itu semua? Yakni pembelajaran yang di dalamnya terdapat unsur peningkatan kompetensi sosial emosional.
Dalam perspektif CASEL komptensi sosial emosional adalah kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, ketrampilan berelasi, dan kemampuan mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
"Mendidik Pikiran Tanpa Mendidik Hati, Bukan Pendidikan Sama Sekali - Aristoteles"