"Lebaran sebentar lagi, ragam varian kue khas lebaran sudahkah siap disajikan di meja ruang tamu?"
Meski penghitungan 1 syawal muncul perbedaan, hal ini bukanlah masalah besar. Namun sebaliknya hal ini malah menjadi momen bagaimana toleransi itu diuji. Lebih khususnya, di internal umat Islam itu sendiri. Tidak ada yang salah, semuanya memiliki dasar atau metode tersendiri dalam penghitungan satu syawal. Meski ada perbedaan, mencoba melihat dari sisi positif itu rasanya lebih baik. Ketika menyambut Hari Raya Idul Fitri selalu saja hal menarik yang menghadirkan gelak tawa dan suka cita, inilah wujud silaturahim memperkuat persatuan yang nyata di antara ragam perbedaan. Terkadang dalam satu keluarga besar saja, seringkali muncul sebuah perbedaan. Sekali lagi, hal ini bukanlah masalah besar.
Ragam Varian Kue Khas Lebaran di Meja Ruang Tamu
Menyambut tamu-tamu yang datang dalam rangka bersilaturahim di hari yang fitri, tersaji beragam kue khas lebaran di atas meja ruang tamu. Kehadirannya menambah kehangatan kala berkumpul bersama. Gelak tawa suka cita tercipta mempererat tali silaturahim yang ada. Di antara banyaknya jenis kue lebaran seperti nastar, kastengel, putri salju, hingga kue sagu, ada satu varian yang selalu berhasil jadi daya tarik dan jadi rebutan. Adalah setoples kacang mete goreng! Rasanya yang gurih, kolaborasi ragam rempah kala menggorengnya membuat siapapun yang menyicipinya enggan untuk berhenti mengunnyah. Apalagi jika ada daun jeruknya, kolaborasi rasa semakin mantab terasa. Kehadirannya menjadi salah satu terfavorit di keluarga besar saya pada saat lebaran tiba.
Meski keluarga pakdhe dan budhe berlebaran terlebih dahulu, itu bukanlah sebuah masalah. Kehadiran kacang mete tetap akan menyatukan dan melebur perbedaan yang ada. Tercipta canda tercipta tawa meski berebut kacang mete yang tersaji di atas meja. Itulah momen khas lebaran yang selalu dinantikan. Saking-sakingnya kacang mete jadi idola, biasanya proporsi pemesanan kacang mete lebih besar ketimbang kue-kue lainnya dan tentunnya dipesan sejak jauh-jauh hari untuk menyukupi kebutuhan penunjang interaksi silaturahim di hari yang fitri. Tua muda semuanya suka makanan khas yang satu ini.
Ketika muncul informasi perbedaan penentuan satu syawal, bagi kami itu hal yang biasa dan tetap enjoy saja. Dihadapkan dengan berbagai macam perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Dari perbedaan-perbedaan itulah diuji kedewasaan kita dalam bersikap. Dari perbedaan-perbedaan yang sering muncul itulah diuji bagaimana bertoleransi. Toleransi tidak butuh teriakan lantang namun dibutuhkan aksi nyata dengan penuh kelemahlembutan, bukankah begitu? Meski berbeda, namun makanan favorit kita tetap sama kala lebaran tiba. Setoples kacang mete itu, harus diamankan dan dinikmati bersama sembari berinteraksi dengan penuh keceriaan serta suka cita. Kacang mete favoritku, lalu bagaimana denganmu? (prp)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H