Lihat ke Halaman Asli

Prama Ramadani Putranto

TERVERIFIKASI

Menebar Kebaikan dan Energi Positif

Tradisi Membangunkan Sahur, Satu Alasan Selalu Merindukan Ramadhan

Diperbarui: 1 Mei 2021   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi Membangunkan Sahur yang Selalu Menjadi Satu Alasan Rindu Ramadhan - Sumber: nasional.kompas.com

Ketika ramadhan tiba, semua bersiap untuk menyambutnya dengan gegap gempita penuh kemeriahan. Bulan suci penuh ampunan dan keberkahan yang senantiasa dinantikan. Bak kolam suci untuk membersihkan diri atas dosa-dosa yang telah terjadi, oleh sebab itu ramadhan memiliki arti tersendiri bagi yang mengimani sepenuh hati. Bisa juga dikatakan sebagai momen tepat untuk memperbaiki diri atas semua kesalahan masa lalu dengan senantiasa mengharap ridho dan ampunanNya.

Beragam tradisi ramadhan selalu hadir dengan kekhasannya masing-masing. Di setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri. Tradisi menyambut ramadhan, tradisi berbuka puasa, hingga tradisi membangunkan sahur pun juga ada. Semuanya memiliki kemenarikannya masing-masing sehingga memperkaya tradisi bulan ramadhan di nusantara. Hal tersebut benar-benar mampu membuat ramadhan selalu dirindukan. Namun saat ini tradisi tersebut sudah mulai hilang dikarenakan berbagai macam alasan. Satu hal yang pasti karena tradisi tersebut dilakukan oleh banyak orang maka ketika masa pandemi ini, mau tidak mau harus di stop sementara demi saling menjaga kesehatan dan keselamatan jiwa bersama.

Selain tradisi menyambut bulan suci ramadhan di setiap daerah yang berbeda-beda, kemudian tradisi berebut jaburan ketika usai sholat tarawih, dan juga tradisi berbuka puasa bersama yang selalu berhasil membuat rindu, lalu juga ada tradisi membangunkan sahur yang tak kalah unik dan menarik untuk dibahas.

Membangunkan Sahur dengan Pengeras Suara Masjid 

Sahuuuuur Sahuuuuur Sahuuuuur

Satu hal yang unik ketika membangunkan sahur dengan menggunakan pengeras suara masjid adalah kata "sahur" yang keluar khas sekali. Petugas yang membangunkan sahur selalu memanjangkan huruf "R" yang ada dari kata sahur itu sendiri. Sudah menggunakan pengeras suara dan terikan kata sahur yang khas pula, maka suaranya semakin keras, dan yakinlah siapapun akan tersontak, kaget, dan terbangun. Keunikan ini hanya ada ketika ramadhan yang selalu dirindukan.

Ada juga yang membangunkan sahur dengan menggunakan pengeras suara masjid, namun dengan intonasi yang lebih halus. Menggunakan Bahasa Jawa yang halus, lalu hanya beberapa kali saja diucapkan. Mungkin petugas masjid meyakini bahwa membangunkan sahur dengan halus tidak akan mengagetkan masyarakat yang mendengarnya sehingga bangun tidur pun terasa nyaman dan tidak ada rasa pusing yang hinggap di kepala. 

Menggunakan Alat Perkusi 

Berkeliling kampung menggunakan alat perkusi secara beramai-ramai dapat di temui di Jakarta. Anak-anak dan remaja sudah bersiap lebih awal dengan segala perkakas pelengkapnya. Kemudian secara bersama-sama berkeliling kampung untuk membangunkan sahur. Irama ketukan perkusi kemudian nada-nada yang digunakan selalu saja memiliki kekhasan tersendiri. Tak jarang pula dengan yel-yel seperti suporter sepakbola. Namun rasanya hal ini sudah tidak ada lagi mengingat kondisi pandemi harus senantiasa meminimalisasi potensi kerumunan. Saat ini, hanya sekedar rasa rindu dapat menikmati dan menyaksikan tradisi ini sembari berdoa agar bumi lekas sembuh sehingga dapat menikmati Bulan Suci Ramadhan secara utuh dengan tradis-tradisi yang lekat mewarnai di dalamnya.

Tak Lupa Pula Mengingatkan Waktu Imsyak 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline