Menjalani hidup acap kali dihadapkan dengan berbagai tantangan yang terkadang membuat kepala pening. Dinamika yang menghantam sungguh sangat menguji seberapa kuat fisik dan mental dalam menghadapinya.
Meskipun selalu berusaha untuk meminimalisasi potensi terjadinya gesekan yang menimbulkan permasalahan dalam hidup namun tanpa sadar karena ketidakhati-hatian masih saja tersandung kerikil yang mampu membuat diri terjatuh tersungkur.
Lalu kelamnya masa lalu pun terkadang juga iseng mampir dalam pikiran. Kehadirannya sungguh menjengkelkan. Hanya ada dua pilihan yaitu menikmati kehadirannya sembari membuka luka lama atau mengalihkannya sesegera mungkin.
Bekas luka itu masih menganga, setiap hari senantiasa berusaha menutup dan mengobati luka itu. Entah kapan akan sembuh namun setidaknya langkah positif untuk mengurangi rasa sakitnya terus diupayakan.
Menatap ke depan untuk menyembuhkan diri dan jangan sampai melakukan hal yang sama kembali. Berinteraksi kembali dengan orang-orang di sekitar dengan perubahan dan pendewasaan adalah sebuah keharusan.
Semakin bijak dalam bertindak dan semakin selektif memilih kata-kata sebelum terucap agar jangan sampai melukai hati lawan bicara. Menambah kembali rasa sabar dan senantiasa berserah.
Terdapat banyak sekali cara untuk self healing yang dapat dilakukan. Masing-masing memiliki caranya sendiri dalam upaya bangkit dari keterpurukan atau ketika harus berkutat dengan rumitnya hidup.
Hidup Nyata
Terkadang kegelisahan muncul dari dunia maya. Rasa insecure tiba-tiba saja muncul ketika membuka aplikasi media sosial. Hal ini juga bisa memicu stres.
Terkadang tak disadari bahwa belakangan ini lebih sering berinteraksi dengan telepon seluler dan tetek bengeknya. Kehidupan nyata mulai terlupa hingga interaksi dengan orang-orang sekitar pun mulai terasa berkurang.