Setiap anak manusia bisa saja jatuh cinta berulang kali namun pada akhirnya hanya patah hati yang diderita. Sepertinya keberuntungan soal cinta juga perlu untuk diperjuangkan. Mencintai seseorang juga harus dibarengi mencintai mimpi dan cita-citanya. Terlebih jika telah Ā melembagakan hubungan menjadi sebuah "perkawinan" yang berarti telah berada dalam satu wadah yang sama untuk tumbuh bersama, menua bersama, belajar dan membangun kehidupan bersama.
Memang benar jika kita tidak bisa memprediksi masa depan. Namun, ada hal-hal tertentu yang dapat dijadikan sebagai acuan. Misalnya, pasangan kita nanti adalah orang yang dapat dipercaya, berdedikasi untuk melengkapi diri kira, mau menerima ketidaksempurnaan diri dan dekat dengan keluarga kita.
Acuan lainnya adalah ketika menemukan seorang yang bersamanya kita merasa damai, puas dan tidak menginginkan apa-apa lagi. Nyaman membicarakan segala hal dan tak perlu lagi memakai topeng kepalsuan yang merupakan beban dari stigma-stigma masyarakat. Maka, saat itulah menjadi pertanda bahwa anda sedang bersama orang yang tepat
Membicarakan perihal jodoh, sekelumit pertanyaan hinggap di batok kepala saya. Sebenarnya pasangan jodoh manusia itu ada berapa? Apakah satu atau lebih dari satu? Pengertian tentang masalah jodoh memang seringkali membuat rancu cara berpikir kita. Belum lagi stigma-stigma yang telah lama terbentuk di masyarakat. Di mulai dari cara memilih pasangan yang baik, umur ideal untuk menikah, kondisi keluarga calon pasangan dan sebagainya
Perlu di garis bawahi, masyarakat sosial kita masih mengkultuskan konotasi jodoh adalah pasangan yang sehidup semati dan jumlahnya hanya satu, bukan salah satu. Jadi aturan mainnya yaitu seorang laki-laki menikah dengan seorang perempuan sampai maut memisahkan. Ya, benar demikianlah yang disebut menjadi pasangan jodoh. Lalu bagaimana dengan pasangan yang bercerai atau dipisahkan oleh maut. Apakah jika orang-orang golongan ini apabila memutuskan untuk menikah lagi masih bisa disebut "bertemu jodohnya?"
Konsep jodoh menurut pandangan Islam telah dijelaskan bahwa ketentuan-ketentuan tersebut tak lepas dari takdir Allah SWT. Merupakan kehendak-Nya terhadap hidup seorang hamba.
Apakah nantinya dia akan diberikan lebih dari satu pasangan jodoh atau tidak. Karena tujuan dari adanya sebuah perkawinan adalah membawa kedamaian hati Ā serta mengandung nilai-nilai ibadah dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Kemudian kehendak-Nya juga yang menentukan masa habisnya pernikahan, maka perceraian akan terjadi dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan hamba-Nya dan digantikan dengan jodoh berikutnya yang lebih baik.
Adapun telah diterangkan dalam QS. An-Nur (26) yang artinya: Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
Mengutip dari tafsir al-Muyassar bahwa maksud dari ayat ini adalah para wanita yang baik untuk para lelaki yang baik. Begitu pula sebaliknya, para wanita yang keji untuk para lelaki yang keji. Jadi ketika mereka menikah dengan orang lain lagi, maka pasangan baru itu dikatakan sebagai jodoh. Segala peristiwa anak manusia sejak ia di alam kandungan hingga akan menuju alam baezah telah tertulis dalam lauhil mahfuz. Kita sebagai manusia biasa tidak pernah tahu seperti apa ketentuan-Nya.
Kendati demikian, kita tidak boleh semena-mena mengatakan bahwa semua adalah takdir sehingga tak perlu berusaha untuk merubahnya. Sebab, Allah SWT telah memerintahkan kita untuk tetap bersungguh-sunggu berusaha dan berikhtiar untuk memperoleh pencapaian terbaik. Tak terkecuali perihal jodoh. Kita tetap harus berusaha berdoa meminta yang terbaik sembari terus memperbaiki diri.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kepemilikan mutlak hanyalah antara manusia dengan Allah SWT. Sebagai hamba, mereka yang memutuskan untuk berpisah harus berperan lebih baik lagi dalam menjalani kehidupan. Entah bersama jodohnya yang baru atau memutuskan sendiri. Itu pilihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H