Lihat ke Halaman Asli

Prajna Dewi

TERVERIFIKASI

Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Apa yang Harus Dilakukan Ketika Anak Berkelahi di Sekolah?

Diperbarui: 7 September 2022   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak berkelahi. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

"Saya minta pertanggung-jawaban orang tuanya segera, atau anak saya akan saya visum, jika perlu saya minta autopsi !!!"

Begitu luapan emosi seorang ibu yang mendapatkan berita anaknya terluka ditendang oleh temannya di sekolah. Sampai mengancam dengan istilah visum dan autopsi, mungkin karena  sering menonton "Criminal Minds" (padahal autopsi artinya bedah mayat oleh tim forensik).

Anak berkelahi di sekolah adalah hal yang umum terjadi sejak zaman saya bersekolah dulu, sampai hari ini saat sudah menjadi guru selama dua puluh tahun lebih. Jika anak berkelahi, reaksi orang tua pun bermacam-macam. Ada yang menanggapi dengan tenang, ada yang penuh emosi.

Sesungguhnya apa penyebab anak berkelahi di sekolah?

1. Cari perhatian

Ternyata salah satu penyebab anak membuat keributan adalah karena ia ingin diperhatikan. Walau perhatian yang didapat bukan dalam pengertian positif, bagi anak yang haus perhatian, diperhatikan karena membuat ribut tetap lebih baik daripada tidak diperhatikan sama sekali.

Menyedihkan sekali bukan? Maka dari itu, ahli pendidikan dan perkembangan anak tidak jemu-jemunya menghimbau guru dan orang tua untuk memberikan perhatian kepada anak. Puji anak ketika kita melihatnya melakukan hal baik, maka dia akan mengubah cara dalam menarik perhatian dari membuat ribut menjadi melakukan hal baik.

2.Tidak dapat mengontrol emosi

Anak yang kurang kontrol emosi cenderung reaktif dalam menanggapi hal yang kurang menyenangkan. Banting, tendang, jambak, adalah jawabannya jika merasa terganggu. Jangan sepelekan jika anak memiliki kecenderungan seperti ini, karena lambat laun intensitasnya akan makin meningkat jika dibiarkan.

Satu catatan berdasarkan pengalaman dan hasil diskusi dengan sesama rekan pendidik, orang tua yang tidak dapat mengontrol emosi dapat dipastikan mewariskan perilaku ini kepada anaknya.

Sumber: Freepik.com

3. Tidak paham cara bersosialisasi

Sosialisasi, bahasa sederhananya: bergaul, menjadi bagian dari lingkungan dan masyarakat. Menyesuaikan diri dengan budaya dan tata cara, perlu dipelajari anak sejak kecil. Dimulai dari lingkungan keluarga inti, dan tentunya dimulai dari mengamati dan meniru orang tua sebagai guru pertamanya.

Masalah akan timbul jika orang tua terlalu sibuk, pergi pagi pulang malam, tidak ada interaksi dengan anak. Tidak ada contoh cara bicara, cara bersikap yang dapat diamati dan ditiru oleh anak.

Begitu pula jika orang tua adalah tipe yang pendiam, sangat serius, tidak pernah bergurau. Anak pun akan gagap dalam menyikapi lingkungan sekolah yang ramai dan bereaksi berlebihan jika ada teman yang mengajaknya bercanda.

4. Terlalu sering terpapar media yang memicu perilaku agresif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline