Lihat ke Halaman Asli

Prajna Dewi

TERVERIFIKASI

Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Menyetop Si Preman Cilik

Diperbarui: 19 Juni 2024   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak "preman". Sumber: www.freepik.com

“Wiii, gue maluuuuu!!! Josh (bukan nama sebenarnya) jadi preman…. !!!”, melengking teriakan panik sahabatku saat WA call kemarin malam. Sahabatku dipanggil kepala sekolah anaknya, karena ternyata akhir-akhir ini Josh ketahuan sering mengancam teman-temannya.

Berbadan besar seperti Bapaknya yang orang asli Australia, ancaman Josh (bukan nama sebenarnya) tentunya cukup mengerikan. Walaupun tidak sampai memukul, teman-temannya 'auto' takut kalo Josh memaksakan kehendak sambil mengancam.

“Terus apa yang lo lakukan?”, penasaran dengan langkah yang diambil sahabutku. “Gue panggil Josh, dia gak mau ngaku, gue ancam aja, “Awas kalau sampe Mommy dipanggil lagi, kamu tinggal aja di sekolah, gak usah pulang ke rumah, bikin malu !”, jawabnya dengan jengkel.

“Lah, lo sendiri bergaya preman gitu, main ngancem-ngancem,” komentarku.

Mengancam, menurut KBBI adalah menyatakan maksud untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan atau membuat pihak lain celaka.

Josh, baru berusia tujuh tahun, kok sudah bisa bergaya ala preman pakai mengancam segala kalau kemauannya tidak diikuti teman-temannya? Emang usia tujuh tahun sudah bisa ya begitu?

Bisa, sangat bisa. Loh? Belajar dari mana, kok kecil-kecil jadi preman? Pertanyaan bagus.

Mengapa Anak Bisa Mengancam, Bergaya Bak Preman?

Banyak faktor yang membuat seorang anak memunculkan perilaku mengancam, orang tua perlu introspeksi diri dan mencari sebabnya secara jujur, beberapa faktor pemicu perilaku mengancam pada anak adalah: 

1. Meniru Interaksi Orang Sekitarnya

Ingat, anak adalah peniru ulung. Walaupun sepertinya dia tidak memperhatikan dan sedang asyik bermain, sesungguhnya dia pasang telinga terhadap sekitarnya. 

Apalagi jika menangkap adanya pembicaraan yang serius antara kedua orang tuanya.

 Terkadang di saat emosi, perdebatan sengit antar pasangan bisa meningkat menjadi saling mengancam.

Atau bisa juga dia melihat mamanya yang kesal dengan asisten rumah tangga yang teledor, dan mengeluarkan ancaman, “Marniii.. sudah 3x kamu pecahin piring, pecah sekali lagi saya potong gaji kamu ya!”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline