Lihat ke Halaman Asli

Prajna Dewi

TERVERIFIKASI

Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Polisinya Kok Gitu?

Diperbarui: 14 April 2022   20:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.penamerdeka.com

Di suatu sore  yang masih terik, berdesak-desakan di jok mobil bermandi peluh gegara AC mobil temanku freonnya memutuskan mudik lebih dulu. Kami dalam perjalanan menuju kantor clien dalam rangka presentasi design signage sebuah perusahaan yang mau mengganti imagenya.

Perjalanan  jadi tambah menyiksa karena mobil "pamer paha"  (padat merayap, tanpa harapan), maklum, jam bubar kantor. Bukan Jakarta kalau tidak merayap di jam pulang kantor.  Semua mobil berdesak-desakan berjuang untuk mencapai tujuan, semua jalur penuh sesak, kecuali jalur busway.  Kosong melompong karena bus hanya lewat sesekali. 

Kondisi ini memancing beberapa pengemudi menerobos jalur busway, walau sudah tertera tanda "Jalur khusus Busway", keterburuan dan mungkin juga keterdesakan membuat beberapa pengemudi nekad masuk ke jalur tersebut. Kami hanya memandang iri melihat ada yang bisa melaju dengan kecepatan 70 Km/jam ditengah kemacetan. 

Lalu... jereng  jeng jenggg!!!!, tiba-tiba di ujung jalur, mobil tersebut terpaksa berhenti, karena ada polisi yang sudah sabar  menanti.

Ipul: "Nah begitulah kerjaannya polisi, tinggal panen"

Kabul: "Mantep 'tu panenannya, Jebakan Batman berhasil"

Jopul:  "Lo bedua, sirik aja, lah salah yang nerobos kan !"

Kabul: "Bukan sirik bro, emang bener kan, menjebak banget  kalo mau juga 'tu polisi nunggu di awal jalur lah, bukan di ujung belakang,  jagain jangan ada yang menerobos, itu baru tidak menjebak!"

Jopul: "Lah, kalau posisi polisi di awal jalur, nanti tiap kali mereka 'ga  lihat polisi di depan langsung dong semua masuk jalur  busway. Sudah betul lah posisi polisinya di belakang, jadi walau 'ga kelihatan polisi orang mikir untuk masuk jalur !"

Ipul: " Tapi kan mestinya..... (Perdebatan berlanjut lagi untuk beberapa saat)

Peristiwa yang sama, dilihat diwaktu yang bersamaan, bahkan dari arah yang sama, tapi ditanggapi dengan kacamata yang berbeda dari yang melihat kejadiannya. Kob bisa? Bisa sekali. Karena orang yang melihat ini memiliki beberapa perbedaan, seperti pengalaman, didikan keluarga, budaya, pendidikan, dan sebagainya.

Inilah yang dinamakan teori konstruktivisme.  Pengetahuan, budaya, pengalaman, merupakan satu dari sekian unsur  pendukung terciptanya makna. Vygotsky, psikolog dan ahli perkembangan anak asal Rusia menekankan pemahaman makna  dari sisi sosiokultural, menurutnya  unsur budaya dan aktivitas membentuk pengembangan dan pembelajaran individu, yang pada akhirnya menciptakan makna yang berbeda-beda pada tiap individu.

Dalam cerita di atas, Kabul dan Ipul, mungkin pernah mengalami kejadian dimana polisi menyalahgunakan jabatan dan meminta uang damai pada orang yang tertangkap tangan melanggar peraturan lalu-lintas. 

Atau mungkin sering membaca berita berita tentang polisi yang terekam melakukan pemerasan kepada pelanggar aturan lalu-lintas.

Sedangkan Jopul, mungkin dia mengenal banyak polisi yang jujur, yang menjalankan tugas sesuai aturan. Atau malah mungkin Jopul adalah salah seorang pengendara yang pernah mengalami masalah dengan kendaraannya di jalan raya dan mendapatkan bantuan dari polisi yang sedang bertugas. Sehingga Citra polisi sangat positif di mata Jopul.

Nah, jadi jika mendengar  suatu kejadian, janganlah terburu-buru memihak hanya berdasarkan pendapat satu orang yang mengulas peristiwa tersebut. Coba dengarkan dari beberapa sumber, cari tahu dengan jelas apa yang terjadi, dimana, bagaimana kejadiannya, mengapa sampai bisa terjadi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline