Menjelang tidur, tiba-tiba Si Bungsu bertanya. "Ma, kalo orang bule biasa panggil orang tuanya dengan nama. Kalo di kita gak pernah ada yang gitu ya?" " Rasanya gak ada deh, Karena kita orang Timur nak, beda adatnya dengan bule, memanggil nama ke yang lebih tua dianggap tidak menghormati"
"Tapi aku yakin di kita ada yang manggil papanya dengan nama " Sambungnya dengan wajah serius. "Masa sih?" kupingku memanjang, kepo mode-on. "Iya Ma, kalo nama papa nya Dedi, terus anaknya manggil orang tuanya dengan mami dan dedi, kan jadi pas." Luar biasa ilmu cocoklogi Si Bungsu, benar kata pepatah, air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
"Dek, mama pernah lho memanggil suami orang dengan dedi, mama manggil suami tante Vidi dengan dedi, selama tiga tahun lebih." " Hah? Kok bisa ma???"
Dan anganku terbang ke kejadian dua belas tahun lalu, saat membawa anak-anak jalan sore, aku menyempatkan diri mampir menyapa tetangga yang menjadi sahabatku. Namanya Vidi, dia biasa memanggil suaminya" Dedi", dan Dedi memanggil sahabatku dengan "Vidi". Jadi kesimpulanku suaminya bernama Dedi. Saat pertama kenal Vidi dulu, Ia hanya menunjuk suaminya dan bilang "Bapaknya anak-anak."
Karena sebaya, aku juga hanya memanggil nama ke mereka, Vidi dan Dedi. Itu terjadi selama bertahun-tahun.
Lalu suatu hari aku butuh jasa fotografer untuk sebuah acara sekolah, dan aku ingat bahwa Dedi adalah fotografer. Dari sekolah aku WA Vidi, minta kontak suaminya. "Ok Wi, ni nomor Steven." Jawab Vidi. " Loh? Kok Steven, suami mu Dedi kan??" "He..he.. bukan Wi, nama suamiku Steven, Daddy itu panggilan sayang aku ke dia." Aduhhh biyunggg, malunya, ber-dedi ria ke suami orang. Ternyata aku ngawur banget selama ini.
Gara-gara terlalu cepat menyimpulkan, ikut-ikutan menggunakan panggilan sayang orang menyapa suaminya. Daddy oh Daddy.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H