PKPBA (program khusus pengembangan bahasa arab). Kalau ngomongin PKPBA aku jadi ingat satu kejadian yg lucu (menurutku). Dulu aku duduk di klas E 1 (kelas yg dianggap sedikit lebih tau bahasa arab). Pada suatu hari kelas kami diajar oleh seorang dosen wanita, yang menurutku cukup disiplin dan murah senyum. Waktu itu kami sudah memegang buku/kitab al-arabiyah baina yadaik jilid 2.
Saat itu Ibu dosen tersebut membacakan sebuah bab (aku lupa bab apa) dan setelah bab itu biasanya ada latihan-latihan seperti menyusun kalimat, membuat kalimat yg benar dan lainnya yg tentunya harus dengan bahas arab. Nah, pada saat itu latihannya adalah membuat kalimat yg terdiri dari "fiil, fail dan maful bih". kami 1 kelas yg berjumlah 30 orang disuruh membuat seperti itu dan contonya harus berbeda dari yg lain.
Menurutku pembahasan ini tidak usah terlalu di tekankan karena sudah bisa dipastikan semua mhasiswa yg menempati kelas ini sudah paham betul apa itu "fiil, fail dan maful bih". mulai dari depan pojok kiri sampai pojok kanan sudah membikin kalimatnya seperti "rakiba ali as-sayyarata", "akala zaidan ar-ruzza", dan lainnya sampai pada giliranku. namun sebelum giliranku membuat kalimat tersebut aku berdiskusi sama teman yg ada di sampingku bagaimana bikin contoh kalimat tersebut terdengar lucu dan jarang didengar orang lain, pokonya harus berbeda dengan kalimat yang di buat teman-teman tapi kalimatnya bener.
kemudian temenku itu mengusulkan pkai 1 mufradat saja seperti "adzana muadznun adzanan" tapi menurutku contoh ini masih kurang lucu, otakku berpikir lagi dan akhirnya aku menemukan 1 contoh yang konyol. pada waktu giliranku, dosen tersebut bilang "ayo buat kalimatnya", dengan cepat aku bilang "dharaba yadhribu dharban" sontak langsung seluruh teman-temanku menertawakanku, kata ibu dosen tersebut bikin kalimat bukan malah tashrifan (ilmu sharaf). Mereka semua menganggap aku ngelamun saja dari tadi dan tidak mengerti apa yang disuruh ibu dosen. Mungkin didalam hati teman-temanku saat itu, nih anak kok disuruh bikin kalimat jadi tashrif "dharaba yadhribu dharban fahuwa dharibun wazdaaka madrubun"" dan seterusnya. Namun, langsung ku katakan pada dosenku kalau kata " yadhribu" dan kata "dharban" disitu adalah nama orang, bukan tashrifan/ fiil mudhari dan masdar, seperti halnya nama orang "yazid" dan "rifqi" yg sama-sama diambil dari fiil dan masdar untuk dijadikan sebuah nama. Jadi, contoh yg ku berikan benar adanya yang berarti "yadhrib Telah memukul si dharban" , walau contoh ini jarang didengar orang. dan sengaja ku beri contoh seperti itu supaya kelasku jadi ramai dan tidak tegang melulu karena dari pertama memang suasana di kelasku terasa tegang. setelah ku jelaskan argumentasiku pada semuanya teman-temanku langsung tertawa lagi sambil mengatakan "hebat,,hebat..bener juga tuh.." mereka baru sadar kalau aku benar walau desikit konyol dan aku tersenyum sumringah karena misiku membuat kelas jadi tidak tegang lagi berhasil..hehehe,,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H